Rabu, 28 Maret 2012

Manajemen Konflik (Mengelola Konflik secara Efektif)


RENCANA PEMBELAJARAN BIMBINGAN DAN KONSELING
 “Mengelola Konflik secara Efektif”

Standar Kompetensi                : Memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab
Kompetensi Dasar                  : Peserta didik mampu mengidentifikasi kuasa
emosional dan mampu mengelolanya dalam
kehidupan sehari-hari

A.         Judul Layanan                    : Mengelola Konflik secara Efektif
B.     Jenis Layanan                       : Layanan Informasi
C.     Bidang Bimbingan                : Pribadi
D.    Fungsi Layanan                    : Pemahaman, Pencegahan,Pengembangan
E.     Tujuan Layanan                   :
1.             Peserta didik mampu mengkonsepkan sikap pengendalian diri
2.             Peserta didik mampu mengubah perilaku sesuai akhlaq mulia, sabar dan menahan diri (mengelola emosi dan konflik)
3.             Peserta didik mampu mengelola konflik secara efektif dalam kehidupan sehari-hari

F.      Hasil yang ingin dicapai        :
1.             Peserta didik mampu memahami makna dari pengendalian diri
2.             Peserta didik dapat berpikir positif saat terjadi perbedaan pendapat didalam kehidupan sehari-hari.
3.             Peserta didik dapat mengelola konflik dalam setiap kegiatannya
G.    Sasaran Kegiatan                  : Peserta didik SMA Kelas X
H.    Semester                                 : I
I.       Materi Layanan                    :
1.             Menyampaikan tentang definisi konflik
2.             Menjelaskan tentang penyebab terjadinya konflik
3.             Menjelaskan tentang ciri-ciri konflik dan tahapan perkembangan kearah terjadinya konflik
4.             Menjelaska tentang akibat terjadinya konflik
5.             Menjelaskan lebih lanjut tentang manajemen konflik
1.             Contoh tindakan dalam menghadapi konflik
2.              Menyikapi konflik seobyektif mungkin
J.       Uraian Kegiatan                    :
1.      Pembukaan
2.      Tayangan slide(Gambar dan cerita)
3.      Penyampaian materi
4.      Tanya Jawab
5.      Refleksi
6.      Penutup

K.    Tempat Penyelenggaraan     : Ruang Kelas
L.     Waktu                                                : 1x60 menit
M.   Penyelenggara Layanan       : Guru BK
N.    Pihak yang terlibat                : Peserta didik
O.    Metode                                   : Ceramah, Tanya jawab
P.      Media                                     : Paper, LCD,, laptop, grafis
Q.    Rencana Penilaian                :
1.      Jangka Pendek           : Peserta didik memahami dan mematuhi instruksi yang diberikan
2.      Jangka Panjang          : Peserta mampu menerapkan pengelolaan konflik secara efektif  di sekolah maupun di luar sekolah

R.     Evaluasi dan Tindak Lanjut            :
Input   : apakah peserta didik membutuhkan materi yang disampaikan.
Proses  : apakah peserta didik mampu berperan aktif selama pelaksanaan layanan pada sesi tanya-jawab dan mampu menerima materi secara baik
Produk            : apakah peserta didik mampu mengelola konflik secara efektif,baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam suatu forum

Tindak lanjutnya adalah peserta didik dapat membentuk pola pikir yang positif saat terjadi perbedaan pendapat didalam kehidupan sehari-hari.

S.      Keterkaitan layanan ini dengan layanan lain         : layanan bimbingan kelompok dan konseling individual


CARA MENGELOLA KONFLIK SECARA EFEKTIF


A.    Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17).

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1.      Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2.      Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).

Jadi dapat disimpulkan bahwa konflik adalah keadaan dimana adanya perbedaan kehendak dan keinginan antara satu orang dengan yang lainnya dalam sebuah pertemuan. Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. Disini akan dibahas bagaimana cara mengelola konflik.

B.     Penyebab Terjadinya Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
v  Faktor Manusia
*      Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
*      Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
*      Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

v  Faktor Organisasi
*      Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

*      Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.

*      Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.

*      Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.

*      Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.

*       Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.

*      Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.

1.      Ciri-ciri Konflik
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
a)             Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
b)             Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
c)             Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
d)            Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
e)             Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

2.      Tahapan Perkembangan Kearah Terjadinya Konflik
ü Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
ü  Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
ü  Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict) => Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
ü  Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya ; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
ü  Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
ü  Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).


C.    Akibat Terjadinya Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
*      Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.

*      Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

D.    Manajemen Konflik
1.      Menyikapi konflik seobyektif mungkin
Yang dimaksud dengan obyektivitas adalah mengadopsi pendapat yang berseberangan dan tidak menonjolkan salah satu pendapat yang Anda dukung atau menonjolkan salah satu pendapat tertentu yang berkembang. Obyektivitas juga disebut balancing, keseimbangan dan penuh filosofis dalam menerima sebuah pendapat disertai sikap hati-hati dalam menyikapinya dan mempertimbangkannya.
Sedangkan  lawan dari obyektivitas adalah keberpihakan dan fanatisme. Seorang yang fanatis laksana seorang yang hidup sendirian dalam ruang tertutup. Seorang yang fanatis tidak pernah menganggap pendapat orang lain-walaupun ada beragam pendapat- kecuali hanya pendapat dirinya saja. Dia sudah menutup dirinya untuk sekedar bersimpati terhadap pendapat orang lain dan hanya mengandalkan pendapatnya saja. Orang fanatis selalu beranggapan bahwa dirinya adalah orang yang paling pintar, paling cerdas, paling luas ilmunya dan paling argumentatif.
Lawan lain dari obyektivitas adalah subyektivitas. Orang yang subyektivitas menyikapi sesuatu tergantung kepada siapa pelakunya. Segala perkataannya selalu disikapi dengan sangat personalitas.
Sementara orang yang obyektif obyektif adalah orang yang melihat target dan tujuan ke depan, tidak tergantung dengan personal dan tidak subyektif.


JAJAK PENDAPAT

Agar bisa mengukur obyektivitas Anda dengan obyektif dan tepat, maka Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan jelas, karena anda sendirilah yang akan mengambil manfaatnya!

No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
Kadang-kadang
1
Saya sangat fanatis dengan pendapat yang menjadi pegangan saya



2
Saya akan mengubah pendapat kalau sudah mendengar pendapat orang lain



3
Saya akan mengubah pendapat saya dan tidak peduli dengan anggapan dan tuduhan sebagian orang yang melemahkan saya



4
Saya akan mengakui kebenaran pendapat orang lain, walaupun berlawanan dengan pendapat saya



5
Saya lebih condok untuk berkoalisi dengan pihak yang sependapat dengan saya, tetapi tidak dengan pendapat yang kontra



6
Saya akan tetap mempertahankan pendapat saya, semaksimal mungkin, ketika orang lain berbeda pendapat denan saya



7
Untuk menentukan pendapat, saya akan mendengarkan pandangan dari pihak tertentu saja dan mengabaikan pihak yang lain, terutama dalam kesulitan yang saya hadapi atau kesulitan orang lain yang meminta pendapat saya



8
Setelah mendengar ceritanya, saya akan langsung mengungkapkan pendapat saya tentang masalah yang ia hadapi , tanpa mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu.



9
Saya akan mengarahkan anggota keluarga, agar mereka tetap satu pendapat dengan saya dalam berbagai masalah dan kesulitan.



10
Saya akan sangat sibuk mendebat orang yang berbeda pendapat dengan saya, dan akan segera memotong pembicaraannya



11
Saya akan larut dalam perdebatan secara kontinyu dengan teman kerja saya



12
Saya akan berpendapat sesuai dengan perasaan dan insting saya sendiri



13
Saya akan memihak kepada salah satu pihak tertentu dalam berbeda pendapat



14
Orang lain menganggap saya sebagai orang yang selalu skeptis dan membosankan



15
Dalam memutuskan, mayoritas keputusan saya mengandalkan balancing power bukan hanya mengandalkan obyektivitas saya



16
Saya mampu mempertahankan semua keputusan saya yang sudah final




Selamat Mengerjakan!!!
Kunci Jawaban :
Dalam beberapa pertanyaan diatas terdapat beberapa point yang harus anda perhatikan agar anda menjadi orang yang obyektif.
*      Seharusnya semua pertanyaan diisi dengan jawaban “tidak”, kecuali pada nomer 2,3,4,16 yang memang harus dijawab “ya”
*      Catatlah jawaban anda yang salah dan tidak sesuai dengan semestinya diatas tadi. Kemudian catat pula jawaban “kadang-kadang”. Berusahalah untuk menyikapinya dengan baik.

Beberapa hasil riset manajemen di bawah ini akan membantu anda untuk menjadi pribadi yang obyektif seperti yang anda inginkan
*      Ingatlah selalu bahwa pribadi setiap orang merupakan hasil dari lingkungan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka berbeda satu dengan yang lainnya, baik cara mengemukakan pendapat atau dalam kecenderungan pikiran.
*      Berikanlah orang lain hak untuk berbeda dengan Anda, dan pandanglah perbedaannya itu sebagai wacana yang memperkaya khazanah bukan sebagai saingan atau bahkan dianggap sebagai ancaman  bagi diri Anda.
*      Cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri. Percayalah kepada kemampuan orang lain seperti anda mempercayai kemampuan anda sendiri.
*      Bersikaplah atas dasar ketidaksetujuan anda pada pokok permasalahan, bukan pada pembicaranya dan bertujuan untuk saling menjelekkan dan menghina.

2.      Hargai dan hormati perbedaan pendapat
Ahmad Syauqi mengatakan, “berbeda pendapat tidak merusak persaudaraan”. Terkadang kita berbeda pendapat dan menemukan keragaman pemikiran. Semua berjalan sesuai dengan caranya masing-masing, baik yang ada dalam sebuah forum ataupun yang di luar forum. Hal ini merupakan hal logis dan alami, selama berjalan sesuai norma, maka itu bisa diterima.
Jangan memiliki prasangka buruk kepada yang berbeda pendapat. Karena prasangka buruk terhadap orang lain, merupakan kebohongan besar. Sebaiknya, dekati orang dan pihak yang berbeda pendapat, jangan menjauhinya. Semoga dengan pendekatan yang kita lakukan orang tersebut mau meninjau kembali pendapatnya atau minimal untuk menhargainya dan menghormatinya. Cobalah anda berada pada posisi orang yang bertentangan dengan anda untuk memahami persepsinya, baik sebelum mengeluarkan keputusan yang berpihak kepada anda ataupun keputusan yang bertentangan dengan anda.

3.      Kiat-kiat berbeda pendapat
Ketika perbedaan pendapat memuncak dan meruncing maka, berusahalah dengan penuh ikhlas untuk melihat segala sesuatu dari dua kubu secara obyektif. Sikap obyektif ini dapat menjembatani pada solusi yang melegakan kedua belah pihak. Jagalah netralitas, jangan berpihak kepada salah satu pendapat.
Sikap turut campur anda dalam, upaya menengahi perbedaan pendapat tanpa didahului informasi yang cukup terhadap latar belakang konflik, sama saja anda telah menjerumuskan diri ke dalam keberpihakan kepada salah satu kubu, tanpa mendengarkan pendapat kubu lainnya.


4.      Contoh tindakan dalam menghadapi konflik
Apa yang Anda lakukan ketika Anda :
§      Anda berinteraksi dengan sekelompok orang yang bersengketa dlm bekerja sama??
Caranya :
®    Berusahalah untuk mengungkap penyebab. Bisa jadi ini muncul karena pemahaman yang tidak akurat atau perbedaan skill dan pengalaman yang mereka miliki.
®    Dianjurkan untuk secara transparan dan terbuka berdialog dengan mereka, demi mencapai solusi yang diharapkan.
®    Hindari sikap yang terkesan menekan, ketika anda berhadapan dengan sekelompok demikian. Sebaliknya, anda harus mengetahui kesulitan dan berusaha memecahkannya.

§      Anda berhadapan dengan individu yang asal beda dan menentang segala hal yang sebenarnya disetujui mayoritas anggota?
®    Cobalah merekomendasikan pola pikirnya, agar ia bisa terbuka dan lebih bisa menerima kesepakatan yang disetujui mayoritas.
®    Biarkan pihak mayoritas untuk mengajaknya berdialog dan menundukkannya, dari waktu ke waktu
®    Pancinglah agar ia berani terbuka dan berbicara, saat pemikirannya mendekati atau bersesuaian dengan pendapat mayoritas saja.
®    Kenalilah penyebab hakiki yang menyebabkan dirinya kontra-produktif dengan pendapat yang ada.

§      Anda menghadapi debat antaranggota yang begitu sengit?
®    Pegang kuatlah prinsip ; “ tidak penting mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah diantara anggota yang ada, yang penting adalah mengetahui kebenaran itu sendiri.” Juga prinsip : “fokus pada ide yang disampaikan, bukan pada siapa yang menyampaikan.”
®    Lakukan upaya untuki memotivasi setiap pihak agar mau mengungkapkan ide, pendapat dan pemikiran mereka berkaitan dengan topik yang dilontarkan dalam dialog.
®    Lakukan upaya untuk memperjelas tujuan dan sasaran dari rapat atau kumpulan, juga limit waktu yang dibutuhkan.
Cerita Penutup

Al-ghazali dan Totalitas Perbedaan Pendapat











Imam Al-Ghazali meriwayatkan, ada empat orang buta yang berdiri di samping gajah. “A” meraba anggota badan gajah yang paling dekat dimana ia berdiri. Ia meraba belalainya. Kemudian mengungkapkan pendapatnya tentang gajah. “gajah adalah yang mempunyai hidung (belalai) panjang dan tinggi. “B” yang kebetulan meraba bagian telinganya. Kemudian berkata,”bukan...gajah itu adalah lembaran kulit yang lebar”
Sementara ‘C” meraba bagian kaki gajah. Ia berkata,”gajah itu seperti tiang, yang bulat dan tinggi.” Sedangkan “D” yang merupakan orang buta yang terakhir meraba bagian badan gajah. Ia berkata,”gajah bukan seperti yang kalian ungkapkan. Menurut saya, gajah adalah dinding yang lebar dan keras’

Kesimpulan :
Seandainya keempat orang tadi tidak fanatis dengan pendapatnya masing-masing, tetapi mereka berempat berusahauntuk saling memahami pendapat pihak lain. Rasa saling memahami tidak akan muncul kevuali kalau mereka berempat mempunyai pandangan,”pendapat orang lain mempunyai sebagian unsur dari dari pendapatnya, yang merupakan unsur dari hakikat gajah itu”. Jika mereka mau meraba anggota badan gajah yang diraba oleh temannya, maka mereka akan mengetahui gambaran gajah secara keseluruhan.
Referensi : Ahmad Abdul Jawwad. Manajemen Konflik. Syaamil Cipta Media; Bandung