Senin, 30 April 2012

Model Latihan Laboratoris

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Tahun 1947di Bethel, Maine, pelatihan laboratoris atau sering disebut T-Group muncul sebagai bentuk perhatian terhadap meningkatnya perubahan individu dan sosial dalam masyarakat modern dan untuk memperbarui dan meningkatkan metode yang memfasilitasi respon individu dan untuk mengontrol perubahan yang terjadi.
Perubahan tersebut antara lain emosi, kepercayaan, norma, kebutuhan, kebiasaan, pola interaksi dan lain-lain. Perubahan didalam masyarakat menimbulkan permintaan personal/ individu dan sosial dan untuk menghindari kegagalan individu membutuhkan keintregasian aspek kognitif dan emosi sejalan dengan aspek personal dan sosial. Kemampuan untuk hidup dalam keambiguan (ketidak jelasan), perubahan, bekerja sama dan berdaya cipta sosial adalah kebutuhan dan keefektifan keanggotaan sosial. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang menyediakan rehabilitasi individu dan rekonstruksi sosial.

B.     Rumusan Masalah
1)      Pengenalan model pembelajaran latihan laboratoris; sintakmatik
2)      Pengenalan sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional langsung ataupun penggiring
3)      Kelebihan dan kekurangan model laboratoris

C.    Tujuan
1)      Mengenal model pembelajaran laboratoris
2)      Mengaplikasi model latihan  laboratoris
3)      Menganalisis kelebihan dan kekurangan model laboratoris



BAB II
MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN LABORATORIS
(Laboratory Training/ T-GROUP )


A.    Tujuan dan Asumsi
Sebelum berbicara jauh, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu pengkategorian model pembelajaran. Terdapat empat kategorisasi model pembelajaran, yaitu (1) Kelompok model Pengelolahan Informasi (The Information Processing model), (2) Kelompok model personal (The personal models), (3) Kelompok model sosial (the social models), dan (4) Kelompok model sistem perilaku (the behavioral model).Kesemuanya memiliki bagian-bagian tersendiri, yang akan dibahas pada pembahasan kali ini adalah kelompok Model Sosial yang terdiri dari : Investigasi kelompok, Bermain peran , Penelitian Yurisprudensial, Penelitian Ilmu Sosial, dan Latihan Laboratoris.Model-model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Dan fokus pembahasan materi ini adalah pada latihan laboratoris.
Proses interpersonal memberi tekanan pada tujuan yang akan dicapai yaitu pengetahuan sendiri atau self-knowledge(Joyce dan Weil 1986 : 279-283). Proses interpersonal memusatkan perhatian pada dinamika hubungan antar individu yang berupa hubungan mempengaruhi, umpan balik, kepemimpinan, komunikasi, penyelesaian konflik, memberi dan menerima bantuan, kekuasan dan kontrol.
Model latihan laboratoris ini normalnya terdiri dari sepuluh sampai dua belas orang, menghabiskan waktu selama delapan sampai empat puluh jam bersama dalam sebuah pembelajaran kelompok tatap muka yang didalamnya individu – individu satu sama lain mencari penyelesaian suatu masalah. Topik pembelajaran berasal dari pengalaman anggota kelompok dengan kata lain fokus pembicaraan berkisar pada pengalaman, sikap, kebiasaan, perasaan, persepsi dan reaksi anggota kelompok tersebut selama bersama.
Model ini menghadirkan seorang pelatih/ guru yang berperan sebagai fasilitator, pengamat dan peserta. Didalam pelaksanaan model pembelajaran ini, mereka memberi kesempatan kepada peserta untuk mengklarifikasi dan mengorientasi kembali nilai kehidupan sosial yang telah diwariskan. Mereka berperan pengembangan komunikasi, menawarkan bantuan kepada anggota kelompok untuk menemukan cara menggunakan pengalaman mereka untuk belajar.
Peserta juga didorong untuk belajar banyak tentang kebiasaan, mereka sendiri, peserta lain dan kebiasaan kelompok dari observasi dan analisis pengalaman berkelanjutan dalam kelompok.

Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari dimensi content atau isi yang terbagi menjadi empat area yaitu:
Ø  Intrapersonal : Bertujuan untuk mencapai wawasan diri atau untuk meningkatkan pengetahuan diri juga mencakup identifikasi tekanan,  manajemen pertikaian, ketegangan, integrasi emosional dan lain-lain.
Ø  Interpersonal : adalah dimensi isi yang terfokus pada dinamika hubungan antar anggota kelompok. Pengaruh hubungan umpan balik, resolusi konflik, memberi dan menerima bantuan.
Ø  Dinamika kelompok : kelompok sebagai media, bagian dari kumpulan individu yang memiliki kualitas uniknya sendiri. Kualitas unik mencakup norma/ standar nilai, peran, kekuatan dan struktur sosial dan pola interaksinya.
Ø  Arahan  diri : menekankan pada perubahan dari kognitif ke perilaku. Ini mengembangkan diagnosa untuk meningkatkan kompetensi antar individu dan orgamisasi, akurasi, penafsiran, konswekwensi perilaku dalam hubungannya dengan yang lain.

Tingkat pembelajaran
Setiap tujuan bisa dicapai pada beberapa tingkatan. Schein and Bennis ( Joice & Well 1996 ) membedakantingkatan pembelajaran menjadi tiga: kesadaran, merubah sikap dan perilaku baru. Individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap perasaan mereka sendiri  dan orang lain;  kekomplekan komunikasi, perbedaan kebutuhan anggota, tujuan dan cara pendekatan masalah, pengaruh mereka pada orang lain, konsekuensi tindakan atau perilaku meningkatkan kesadaran yang pada akhrinya menghasilkan perubahan sikap terhadap diri, orang lain dan kelompok sehingga akan menghasilkan perilaku baru, dalam bentuk diagnosis mendalam dan kompetensi keterampilan sosial. Semangat untuk meneliti atau melakukan proses inquiry sangat penting dalam keseluruhan proses pencapaian tujuan dalam model ini ( Udin S. Winataputra 2001 ).
Target utama pembelajaran
Target utama pembelajaran ini adalah individu dan organisasi atau masyarakat yang saling berhubungan. Model laboratoris ini lebih menekankan aspek sosial yang relevan terhadap perilaku target utama pembelajarannya.
Ada tiga elemen dasar model latihan laboratoris ini( Udin S.Winataputra 2001 ), yaitui: 
ü  Situasi yang kurang bertujuan, kurang terpimpin dan kurang tersusun acaranya.Disini kekaburan menimbulkan ketegangan dan memungkinkan peserta memberikan respon terhadap keadaan tersebut yang pada akhirnya dilakukan pengarahan.
ü  Orientasi terhadap peertumbuhan dan perkembangan
ü  Data yang mnejadi bahan analisis adalah pengalaman umpan balik yang diperoleh pada saat mereka belajar bersama.

B.     Sintakmatik.
Sintakmatik adalah tahap-tahap kegiatan dari model itu. Model ini tidak memiliki tahapan kegiatan yang ketat. Tahapan kegiatan yang dikembangkan  bervariasi  sesuai dengan rancangan pertemuan laboratoris sendiri.  Biasanya struktur T-Group  merupakan struktur yang utama. Struktur T-Group ini meliputi dua tahap utama dengan tahapan yang lebih kecil untuk masing – masing tahap utama, seperti berikut :
       I.            Tahap Ketergantungan : Hubungan dengan kekuasaan  issue pokok.
·         Ketergantungan (kebutuhan akan adanya pranata dan pemimpin)
·         Kontra Ketergantungan (menghindarkan diri dari pimpinan, munculnya dua kelompok yang bervbeda keinginan)
·         Pemecahan Masalah (munculnya: keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih baik; penghargaan terhadap pelatih; pengenalan terhadap macam-macam sikap; rasa percaya dan kerja sama).
    II.            Saling Ketergantungan : Peduli terhadap orang lain dan kerja sama dalam memecahkan masalah umum.
·         Pemikatan (solidaritas kelompok, perasaan positif)
·         Pemencaran (kepedulian terhadap perbedaan, dan keterlibatan lebih banyak, serta rasa takut diserang)
·         Validasi Kesepakatan (penyiapan untuk mengakhiri kelompok, evaluasi keterlibatan, sadar akan tanggapan terhadap orang lain).

C.    Sistem Sosial
Sistem Sosial disini adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Setelah pengajar membangun situasi yang membuat penasaran, pengajar sebagai pelatih menjelaskan bahwa ia tidak akan berfungsi sebagai pemimpin tapi sebagai anggota kelompok.  Disini, struktur tidaklah nampak, dan kelompok harus bertanggung jawab untuk mengarahkan pertumbuhannya sendiri. Memang iklim belajar dalam T-Group ini merupakan situasi yang sangat mendukung dan menciptakan proses belajar yang bersifat kerjasama, namun masih tetap dalam batas yang dapat ditoleransi.

D.    Prinsip Reaksi
Maksud dari Prinsip reaksi disini yaitu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengajar melihat dan memperlakukan peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberi respon terhadap mereka.
Pelatih dalam hal ini pengajar memegang berbagai peranan dalam T-Group ini, yakni sebagai : pengamat yang terlibat, anggota kelompok, pemberi contoh, dan sebagai mediator atau perantara. Didalam melakukan moderasi ini kelompok akan sangat tergantung pada model perilaku kelompok yang baik seperti: terbuka, jujur, terarah, bersemangat belajar yang tinggi, mau dan mampu memberi dan menerima umpan balik, dan bersifat mendukung.

E.     Sistem pendukung.
Segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut disebut sebagai sistem pendukung.Sarana pendukung yang diperlukan dan palingutama dalam model laboratoris ialah pengajar/ pelatih yang berpengalaman. Model ini dapat dilaksanakan dalam situasi kelembagaan, situasi kelas, dan situasi yang diintegrasikan dengan kehidupanm sehari-hari.

F.     Dampak instruksional dan pengiring.
Yang dimaksud dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung  dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran. Model ini memiliki dampak instruksional dan pengiring dapat dilihat pada buku seperti dilukiskan dalam gambar (Joyce dan Weil, 1986 :290)....



Model Latihan Laboratoris

Dampak Pengiringnya :
1) Kemampun mengatasi perubahan
2) wawancara terhadap perilaku interpersonal
3) kemampuan dalam bersepakat dan ekspresi diri
4) Toleransi terhadap kebhinekaan
 dan secara keseluruhan model laboratoris bertujuan untuk : Penerimaan Atas Hakikat Afektif dari Respon Manusia

Untuk kepentingan praktis model tersebut dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut :

Model Latihan Laboratoris
(Joyce & Weil,1986)

KEGIATAN PENGAJAR
LANGKAH POKOK
KEGIATAN MAHASISWA



·       Beri stimulus suatu isu
Rasa Tergantung
·          Beri respon kebutuhan


·       Ajukan pertanyaan pemicu pendapat yang bertolak belakang
Dorongan Mandiri
·          Kenali adanya kontradiksi


·       Ciptakan situasi pemecahan masalah
Pemecahan Masalah
·          Diskusikan pemecahan kontradiksi tersebut


·       Ajukan pertanyaan pemicu keterlibatan
Rasa Terlibat
·          Rasakan perlunya kebersamaan



·       Ciptakan situasi yang mengundang kepedulian
Rasa Peduli
·          Tunjukkan kepedulian terhadap orang



·       Minta untuk menilai diri masing-masing
Validasi
·          Lakukan penilaian diri


G.    Aplikasi Model.
            Model latihan laboratoris adalah rancangan yang didisain untuk meningkatkan kemampuan diri, hubungan interpersonal. Aplikasi model ini didalamkelas dapat meningkatkan fleksibel dan kemampuan siswa/ peserta pembelajaran untuk berubah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan latihan laboratoris adalah tidak hanya mengembangkan kemampuan intelaktualnya tetapi perubahan yang lebih terintegrasi dan terkoneksi secara adaptif terhadap nilai, konsep, perasaan, persepsi, strategi dan keterampilan Pembelajaran bukan hanya penyebaran informasi dan mendapatkannya  kembali; ini adalah masalah hubungan manusia dimana guru/ pelatih dan siswa/ peserta mengeksplorasi dan mendiagnosis kebutuhan dan daya tahan terhadap pembelajaran dan perubahan. Sebagai tambahan pembelajaran dapat memperoleh keterampilan dari paretisipasi proses sosial.
Latihan laboratoris menempatkan nilai diatas keterbukaan dan keautentikan komunikasi, melalui pelatihan interpersonal. Model laboratoris ini mereformasi sosial

H.    Kelebihan dan Kelemahan model latihan laboratoris.
Kelebihan :
·         Meningkatkan pemahaman terhadap dinamika kelompok
·         Meningkatkan pemahaman proses sosial dengan berinteraksi didalam kelompok.
·         Meningkatkan keterampilan interpersonal.
·         Meningkatkan kemampuan menerima umpan balik.
Kelemahan:
·         Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama.
·         Membutuhkan guru atau pembimbing yang berpengalaman.
·         Adanya dominasi individu dalam kelompok.
·         Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

BAB III
KESIMPULAN

Tujuan pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari empat dimensi yaitu: intrapersonal, interpersonal, dinamika kelompok dan arahan diri. Model pembelajaran ini memiliki dua tingkatan yaitu: kesadaran merubah sikap dan perilaku baru. Dan model juga menekankan pada proses pembelajaran bukan hanya pada aspek kognitif peserta. Peran guru/ pelatih bukan sebagai pemimpin melainkan sebagai fasilitator pengamat, dan peserta.

Guru dapat mengatur dinamika kelompok agar tercipta pembelajaran yang efektif. Selain itu guru harus memiliki wawasan yang luas dengan mengikuti perkembangan informasi dari berbagai   sumber. Dalam latihan laboratoris ini peserta diharapkan berperan aktif, memberi dan menerima pendapat/ bantuan dan bersikap terbuka terhadap perubahan  serta menilai dan mengkritisi isu yang disampaikan.



DAFTAR RUJUKAN

Joice,B dan Wei,M, 1972. Models of Teaching.New Jersey; Prentice-Hal. Inc.
Winataputra,U.S.2001. Model-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta; Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
dan Blog yang juga mendukung sumber dari materi ini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar