BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1947di Bethel,
Maine, pelatihan laboratoris atau sering disebut T-Group muncul
sebagai bentuk perhatian terhadap meningkatnya perubahan individu dan sosial
dalam masyarakat modern dan untuk memperbarui dan meningkatkan metode yang
memfasilitasi respon individu dan untuk mengontrol perubahan yang terjadi.
Perubahan tersebut
antara lain emosi, kepercayaan, norma, kebutuhan, kebiasaan, pola interaksi dan
lain-lain. Perubahan didalam masyarakat menimbulkan permintaan personal/
individu dan sosial dan untuk menghindari kegagalan individu membutuhkan
keintregasian aspek kognitif dan emosi sejalan dengan aspek personal dan
sosial. Kemampuan untuk hidup dalam keambiguan (ketidak jelasan), perubahan, bekerja
sama dan berdaya cipta sosial adalah kebutuhan dan keefektifan keanggotaan
sosial. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang menyediakan
rehabilitasi individu dan rekonstruksi sosial.
B. Rumusan Masalah
1) Pengenalan model pembelajaran latihan laboratoris; sintakmatik
2) Pengenalan sistem sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional langsung
ataupun penggiring
3) Kelebihan dan kekurangan model laboratoris
C. Tujuan
1) Mengenal model pembelajaran laboratoris
2) Mengaplikasi model latihan laboratoris
3) Menganalisis kelebihan dan kekurangan model laboratoris
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN
LATIHAN LABORATORIS
(Laboratory Training/ T-GROUP )
A. Tujuan dan Asumsi
Sebelum berbicara jauh,
alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu pengkategorian model
pembelajaran. Terdapat empat kategorisasi model pembelajaran, yaitu (1) Kelompok
model Pengelolahan Informasi (The Information Processing model), (2) Kelompok
model personal (The personal models), (3) Kelompok model sosial (the
social models), dan (4) Kelompok model sistem perilaku (the behavioral
model).Kesemuanya memiliki bagian-bagian tersendiri, yang akan dibahas pada
pembahasan kali ini adalah kelompok Model Sosial yang terdiri dari : Investigasi
kelompok, Bermain peran , Penelitian Yurisprudensial, Penelitian
Ilmu Sosial, dan Latihan Laboratoris.Model-model sosial ini dirancang
untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Dan fokus pembahasan materi ini adalah
pada latihan laboratoris.
Proses interpersonal
memberi tekanan pada tujuan yang akan dicapai yaitu pengetahuan sendiri atau
self-knowledge(Joyce dan Weil 1986 : 279-283). Proses interpersonal
memusatkan perhatian pada dinamika hubungan antar individu yang berupa hubungan
mempengaruhi, umpan balik, kepemimpinan, komunikasi, penyelesaian konflik,
memberi dan menerima bantuan, kekuasan dan kontrol.
Model latihan
laboratoris ini normalnya terdiri dari sepuluh sampai dua belas orang,
menghabiskan waktu selama delapan sampai empat puluh jam bersama dalam sebuah
pembelajaran kelompok tatap muka yang didalamnya individu – individu satu sama
lain mencari penyelesaian suatu masalah. Topik pembelajaran berasal dari
pengalaman anggota kelompok dengan kata lain fokus pembicaraan berkisar pada
pengalaman, sikap, kebiasaan, perasaan, persepsi dan reaksi anggota kelompok
tersebut selama bersama.
Model ini menghadirkan
seorang pelatih/ guru yang berperan sebagai fasilitator, pengamat dan peserta.
Didalam pelaksanaan model pembelajaran ini, mereka memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengklarifikasi dan mengorientasi kembali nilai kehidupan sosial
yang telah diwariskan. Mereka berperan pengembangan komunikasi, menawarkan
bantuan kepada anggota kelompok untuk menemukan cara menggunakan pengalaman
mereka untuk belajar.
Peserta juga didorong
untuk belajar banyak tentang kebiasaan, mereka sendiri, peserta lain dan
kebiasaan kelompok dari observasi dan analisis pengalaman berkelanjutan dalam
kelompok.
Tujuan pembelajaran
laboratoris bisa dilihat dari dimensi content atau isi yang terbagi menjadi
empat area yaitu:
Ø Intrapersonal : Bertujuan untuk mencapai wawasan diri atau untuk
meningkatkan pengetahuan diri juga mencakup identifikasi tekanan,
manajemen pertikaian, ketegangan, integrasi emosional dan lain-lain.
Ø Interpersonal : adalah dimensi isi yang terfokus pada dinamika hubungan
antar anggota kelompok. Pengaruh hubungan umpan balik, resolusi konflik,
memberi dan menerima bantuan.
Ø Dinamika kelompok : kelompok sebagai media, bagian dari kumpulan individu
yang memiliki kualitas uniknya sendiri. Kualitas unik mencakup norma/ standar
nilai, peran, kekuatan dan struktur sosial dan pola interaksinya.
Ø Arahan diri : menekankan pada perubahan dari kognitif ke perilaku.
Ini mengembangkan diagnosa untuk meningkatkan kompetensi antar individu dan
orgamisasi, akurasi, penafsiran, konswekwensi perilaku dalam hubungannya dengan
yang lain.
Tingkat pembelajaran
Setiap tujuan bisa
dicapai pada beberapa tingkatan. Schein and Bennis ( Joice & Well 1996 )
membedakantingkatan pembelajaran menjadi tiga: kesadaran, merubah sikap dan
perilaku baru. Individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap perasaan mereka
sendiri dan orang lain; kekomplekan komunikasi, perbedaan kebutuhan
anggota, tujuan dan cara pendekatan masalah, pengaruh mereka pada orang lain,
konsekuensi tindakan atau perilaku meningkatkan kesadaran yang pada akhrinya
menghasilkan perubahan sikap terhadap diri, orang lain dan kelompok sehingga
akan menghasilkan perilaku baru, dalam bentuk diagnosis mendalam dan kompetensi
keterampilan sosial. Semangat untuk meneliti atau melakukan proses inquiry
sangat penting dalam keseluruhan proses pencapaian tujuan dalam model ini (
Udin S. Winataputra 2001 ).
Target utama
pembelajaran
Target utama
pembelajaran ini adalah individu dan organisasi atau masyarakat yang saling
berhubungan. Model laboratoris ini lebih menekankan aspek sosial yang relevan terhadap
perilaku target utama pembelajarannya.
Ada tiga elemen dasar
model latihan laboratoris ini( Udin S.Winataputra 2001 ), yaitui:
ü Situasi yang kurang bertujuan, kurang terpimpin dan kurang tersusun
acaranya.Disini kekaburan menimbulkan ketegangan dan memungkinkan peserta
memberikan respon terhadap keadaan tersebut yang pada akhirnya dilakukan
pengarahan.
ü Orientasi terhadap peertumbuhan dan perkembangan
ü Data yang mnejadi bahan analisis adalah pengalaman umpan balik yang
diperoleh pada saat mereka belajar bersama.
B. Sintakmatik.
Sintakmatik adalah tahap-tahap
kegiatan dari model itu. Model ini tidak memiliki tahapan kegiatan yang ketat.
Tahapan kegiatan yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan
rancangan pertemuan laboratoris sendiri. Biasanya struktur T-Group
merupakan struktur yang utama. Struktur T-Group ini meliputi dua tahap
utama dengan tahapan yang lebih kecil untuk masing – masing tahap utama,
seperti berikut :
I.
Tahap Ketergantungan : Hubungan dengan kekuasaan issue pokok.
·
Ketergantungan
(kebutuhan akan adanya pranata dan pemimpin)
·
Kontra Ketergantungan
(menghindarkan diri dari pimpinan, munculnya dua kelompok yang bervbeda
keinginan)
·
Pemecahan Masalah
(munculnya: keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih baik; penghargaan terhadap
pelatih; pengenalan terhadap macam-macam sikap; rasa percaya dan kerja sama).
II.
Saling Ketergantungan : Peduli terhadap orang lain dan kerja sama dalam memecahkan masalah umum.
·
Pemikatan (solidaritas
kelompok, perasaan positif)
·
Pemencaran (kepedulian
terhadap perbedaan, dan keterlibatan lebih banyak, serta rasa takut diserang)
·
Validasi Kesepakatan
(penyiapan untuk mengakhiri kelompok, evaluasi keterlibatan, sadar akan
tanggapan terhadap orang lain).
C. Sistem Sosial
Sistem Sosial disini
adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Setelah
pengajar membangun situasi yang membuat penasaran, pengajar sebagai pelatih
menjelaskan bahwa ia tidak akan berfungsi sebagai pemimpin tapi sebagai anggota
kelompok. Disini, struktur tidaklah nampak, dan kelompok harus
bertanggung jawab untuk mengarahkan pertumbuhannya sendiri. Memang iklim
belajar dalam T-Group ini merupakan situasi yang sangat mendukung dan
menciptakan proses belajar yang bersifat kerjasama, namun masih tetap dalam
batas yang dapat ditoleransi.
D. Prinsip Reaksi
Maksud dari Prinsip
reaksi disini yaitu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya
pengajar melihat dan memperlakukan peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya
pengajar memberi respon terhadap mereka.
Pelatih dalam hal ini
pengajar memegang berbagai peranan dalam T-Group ini, yakni sebagai : pengamat
yang terlibat, anggota kelompok, pemberi contoh, dan sebagai mediator atau
perantara. Didalam melakukan moderasi ini kelompok akan sangat tergantung pada
model perilaku kelompok yang baik seperti: terbuka, jujur, terarah, bersemangat
belajar yang tinggi, mau dan mampu memberi dan menerima umpan balik, dan
bersifat mendukung.
E. Sistem pendukung.
Segala sarana, bahan
dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut disebut sebagai
sistem pendukung.Sarana pendukung yang diperlukan dan palingutama dalam model
laboratoris ialah pengajar/ pelatih yang berpengalaman. Model ini dapat
dilaksanakan dalam situasi kelembagaan, situasi kelas, dan situasi yang
diintegrasikan dengan kehidupanm sehari-hari.
F. Dampak instruksional dan pengiring.
Yang dimaksud dampak
instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada
tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar
lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran. Model ini memiliki
dampak instruksional dan pengiring dapat dilihat pada buku seperti dilukiskan dalam gambar (Joyce
dan Weil, 1986 :290)....
Model Latihan
Laboratoris
|
Dampak Pengiringnya : 1) Kemampun mengatasi perubahan 2) wawancara terhadap perilaku interpersonal 3) kemampuan dalam bersepakat dan ekspresi diri 4) Toleransi terhadap kebhinekaan dan secara keseluruhan model laboratoris bertujuan untuk : Penerimaan Atas Hakikat Afektif dari Respon Manusia |
Model Latihan
Laboratoris
(Joyce & Weil,1986)
KEGIATAN
PENGAJAR
|
LANGKAH
POKOK
|
KEGIATAN
MAHASISWA
|
·
Beri stimulus suatu
isu
|
Rasa
Tergantung
|
·
Beri respon kebutuhan
|
·
Ajukan pertanyaan
pemicu pendapat yang bertolak belakang
|
Dorongan
Mandiri
|
·
Kenali adanya
kontradiksi
|
·
Ciptakan situasi
pemecahan masalah
|
Pemecahan
Masalah
|
·
Diskusikan pemecahan
kontradiksi tersebut
|
·
Ajukan pertanyaan
pemicu keterlibatan
|
Rasa Terlibat
|
·
Rasakan perlunya
kebersamaan
|
·
Ciptakan situasi yang
mengundang kepedulian
|
Rasa Peduli
|
·
Tunjukkan kepedulian
terhadap orang
|
·
Minta untuk menilai
diri masing-masing
|
Validasi
|
·
Lakukan penilaian
diri
|
G.
Aplikasi Model.
Model latihan laboratoris adalah rancangan yang didisain untuk meningkatkan
kemampuan diri, hubungan interpersonal. Aplikasi model ini didalamkelas dapat
meningkatkan fleksibel dan kemampuan siswa/ peserta pembelajaran untuk berubah
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan latihan laboratoris adalah
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelaktualnya tetapi perubahan yang lebih
terintegrasi dan terkoneksi secara adaptif terhadap nilai, konsep, perasaan,
persepsi, strategi dan keterampilan Pembelajaran bukan hanya penyebaran
informasi dan mendapatkannya kembali; ini adalah masalah hubungan manusia
dimana guru/ pelatih dan siswa/ peserta mengeksplorasi dan mendiagnosis
kebutuhan dan daya tahan terhadap pembelajaran dan perubahan. Sebagai tambahan
pembelajaran dapat memperoleh keterampilan dari paretisipasi proses sosial.
Latihan laboratoris menempatkan
nilai diatas keterbukaan dan keautentikan komunikasi, melalui pelatihan
interpersonal. Model laboratoris ini mereformasi sosial
H.
Kelebihan dan Kelemahan model latihan laboratoris.
Kelebihan :
·
Meningkatkan pemahaman terhadap dinamika kelompok
·
Meningkatkan pemahaman proses sosial dengan
berinteraksi didalam kelompok.
·
Meningkatkan keterampilan interpersonal.
·
Meningkatkan kemampuan menerima umpan balik.
Kelemahan:
·
Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama.
·
Membutuhkan guru atau pembimbing yang berpengalaman.
·
Adanya dominasi individu dalam kelompok.
·
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan
pembelajaran laboratoris bisa dilihat dari empat dimensi yaitu: intrapersonal,
interpersonal, dinamika kelompok dan arahan diri. Model pembelajaran ini
memiliki dua tingkatan yaitu: kesadaran merubah sikap dan perilaku baru. Dan
model juga menekankan pada proses pembelajaran bukan hanya pada aspek kognitif
peserta. Peran guru/ pelatih bukan sebagai pemimpin melainkan sebagai
fasilitator pengamat, dan peserta.
Guru dapat mengatur dinamika
kelompok agar tercipta pembelajaran yang efektif. Selain itu guru harus
memiliki wawasan yang luas dengan mengikuti perkembangan informasi dari
berbagai sumber. Dalam latihan laboratoris ini peserta diharapkan
berperan aktif, memberi dan menerima pendapat/ bantuan dan bersikap terbuka terhadap
perubahan serta menilai dan mengkritisi isu yang disampaikan.
DAFTAR RUJUKAN
Joice,B dan Wei,M, 1972. Models of Teaching.New
Jersey; Prentice-Hal. Inc.
Winataputra,U.S.2001. Model-model Pembelajaran
Inovatif, Jakarta; Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional.
dan Blog yang juga mendukung sumber dari materi ini
dan Blog yang juga mendukung sumber dari materi ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar