Tema : Memaknai Peringatan Hari ibu
Judul : Hari Ibu VS Hari Kasih sayang
Sepenggal syair lagu.............
Ribuan
kilo jalan yang kau tempuh, Lewati rintang untuk aku anakmu, Ibuku
sayang masih terus berjalan, Walau tapak kaki, penuh darah... penuh
nanah.............Seperti udara... kasih yang engkau berikan, Tak mampu
ku membalas...ibu...ibu (Iwan Fals – Ibu)
Sebuah
syair yang ringan, mudah dipahami dan menyentuh,,,tentang perjuangan
seorang Ibu yang rela melakukan apapun demi anaknya. Bukan sekedar kata,
Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan kita, dimana kita pernah
hidup dan dijaga dalam rahim seorang ibu. Itulah mengapa terjadi ikatan
yang kuat antara seorang anak dan ibunya.
22 Desember,,,mungkin
tak semencolok peringatan 14 Februari (bagi kebanyakan orang), pada 14
Februari, semua berlomba-lomba memberikan yang terbaik, bunga, coklat,
dan sebagainya untuk orang yang terkasih (pacar/pasangan). Tapi dalam 22
Desember ini? Apa yang kebanyakan orang lakukan?
Kasih sayang ibu
tak pernah terbayarkan dengan apapun. Saat kita menangis ibu dengan
kasihnya memangku kita. Saat kita mengompol bahkan buang airpun, ibu
dengan sabar membersihkan kita, agar kita merasa nyaman. Tapi saat ini,
saat masyarakat terbuai dengan hidup modern, ada tempat yang membuat
seorang ibu merasa jauh dari anaknya, “Panti Jompo”. Dengan alasan
sibuk, tidak ada waktu, tidak mampu mengurus, banyak ibu yang harus
berada di dalam Panti Jompo. Bukan anaknya yang ia besarkan yang
merawatnya, tetapi orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan darah.
Saat
pacar meminta ditemani berbelanja, pasti dengan sigapnya kita
meng”iya”kan, saat Ibu kita meminta kita menemani belanja, “Males Buk,
Malu dilihat teman-teman...nanti dikira anak mama.” Memangnya kenapa
jika kita dianggap anak mama? Bukankah memang kita adalah anak mama?
Jika kita putus dengan pacar, suatu saat pasti ada penggantinya. Tetapi,
apakah Ibu bisa tergantikan?
Belum terlambat mengucapkan cinta
pada sosok Ibu kita masing-masing. Sekedar mengucapkan terimakasih
karena kita telah terlahir dan menjadi sosok seperti sekarang. Jadikan
tanggal 22 Desember bukan hanya ceremonial belaka, ungkapkan terimakasih
kita kepada ibu atas kasih sayangnya selama ini, peluk dan cium beliau
serta meminta maaf lah atas apa yang telah kita lakukan. Ingatlah bahwa
surga ditelapak kaki Ibu.
Ingin kudekat dan menangis
di pangkuanmu, Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu, Lalu doa-doa
baluri sekujur tubuhku, Dengan apa membalas...ibu...ibu.... (Iwan Fals – Ibu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar