Senin, 30 April 2012

TEMPAT-TEMPAT YANG MEMBUTUHKAN KESEHATAN MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah dari "KESEHATAN MENTAL" di ambil dari konsep mental hygiene. Kata mental di ambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. (Notosoedirjo &Latipun,2001:21).
Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,dengan orang lain maupun dengan masayarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada seoptimal mungkin untuk mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi,dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri.
Berpijak pada pengertian diatas, kita akan belajar memahami mana saja tempat-tempat yang membutuhkan layanan kesehatan mental. Agar setiap individu menjadi manusia yang sehat mentalnya.   

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kesehatan mental?
2.      Apasajakah yang termasuk mental yang tidak sehat?
3.      Apasajakah yang termasuk mental yang sehat?
4.      Dimana sajakah tempat yang membutuhkan kesehatan mental?


C.    Tujuan
1.      Memahami tentang pengertian tentang kesehatan mental
2.      Mengetahui semua tentang mental yang tidak sehat
3.      Mengetahui semua tentang mental yang sehat
4.      Dapat menyebutkan tempat yang membutuhkan kesehatan mental

D.    Manfaat
Dengan mempelajari segala sesuatu tentang kesehatan mental, diharapkan kita tidak hanya memahami tentang pengertian kesehatan mental, tetapi juga mengetahui semua tentang mental yang tidak sehat dan mental yang sehat. Sehingga mampu menganalisis tempat-tempat yang membutuhkan layanan kesehatan mental.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tentang Kesehatan Mental
Zakiah Daradjat(1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :
1.      Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala - gejala penyakit jiwa(psychose).
2.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3.      Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan - gangguan dan penyakit jiwa.
4.      Terwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.
Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau mallajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.

B.     Mental yang Tidak Sehat
Sebelum membahas ciri-ciri atau karakteristik mental yang sehat, akan dibahas terlebih dahulu ciri-ciri mental yang tidak sehat yaitu sebagai berikut :
a)      Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
Perasaan tidak nyaman ini sering dimiliki biasanya berhubungan dengan orang yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, sehingga selalu timbul perasaan tidak nyaman baik terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
b)      Perasaan tidak aman (insecurity)
Perasaan ini cenderung terlalu was-was yang berlebihan, merasa selalu terancam dimanapun tempat dan tidak mau mempercayai orang lain, baginya semua orang atau lingkungan adalah ancaman baginya.
c)      Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
Perasaan minder yang berlebihan merupakan salah satu ciri-ciri mental yang tidak sehat.
d)      Kurang memahami diri (self-understanding)
Setiap orang harus mampu mengerti dan memahami dirinya sendiri agar mampu “membawa dirinya” sesuai dengan kemampuannya, jika kita sendiri tidak memahami diri, maka kita termasuk orang yang tidak sehat mentalnya
e)      Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
Perasaan ini adalah selalu merasa kurang terhadap kemampuan orang lain, baginya semua orang tidak mampu menyamai seperti yang dia inginkan.
f)        Ketidakmatangan emosi
Kematangan emosi menyangkut kemampuan kita untuk mengelola emosi maupun mengelola konflik. Orang yang emosinya terlalu meledak-ledak juga termasuk salah satu ciri ketidaksehatan mentalnya.
g)      Kepribadiannya terganggu
Pengertian kepribadian menurut Whiterington adalah kepribadian sebagai keseluruhan tingkahlaku yang di integrasikan sebagaimana yang tampak pada orang lain, kepribadian bukan mutlak pembawaan tetapi lebih pada perilaku yang dibangun dalam kurun waktu yang lama melalui proses sesuai dengan lingkungan dan budaya. Jika seseorang selalu cenderung melindungi egonya maka dalam berperilaku selalu menimbulkan hal-hal yang baik-baik saja agar dianggap baik atau selalu menimbulkan hal-hal yang buruk untuk menutupi kelemahannya, maka seseorang tersebut termasuk orang yang tidak sehat mentalnya.
h)      Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf(thorpe, dalam schneiders, 1964;61).

C.    Mental yang Sehat
Individu yang memiliki mental yang sehat selalu menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. Dia memiliki prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirinya sehingga segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya (Syamsu Yusuf LN ; 1987)dijelaskan pada tabel sebagai berikut :
ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

D.    Tempat yang Membutuhkan Kesehatan Mental
Menarik dari pengertian kesehatan mental, cici-ciri mental yang sehat dan mental yang tidak sehat maka pembahasan akan berlanjut kepada tempat yang membutuhkan kesehatan mental. Tempat yang membutuhkan kesehatan mental dibagi menjadi 2, yaitu Lingkungan Primer dan Lingkungan Sekunder.
a.         Lingkungan Primer
Lingkungan yang paling awal dikenal dan terdekat oleh anak adalah adalah lingkungan primer. Lingkungan primer merupakan lingkungan keluarga di dalamnya terjadi interaksi yang inten dengan orang tua. Orang tua secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi setiap terbentuknya perilaku dasar pada anak. Anak cenderung melakukan copying terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya, maka orang tua merupakan pihak yang sangat bertanggung jawab terhadap arah perkembangan anak.
Lingkungan primer menurut W.Stren adalahKeluarga, keluarga merupakantempat pertama anak memperoleh pendidikan dan contah – contoh perkembangan pribadi anak berasal dari hereditas dan lingkungan sosial. Kartini Kartonomengatakan bahwa kekeliruan perbuatan orang tua (salah asuh, ucapan, tindakan orangtua) menjadi sumber tindak asusila, gangguan mental dan konflik batin pada anak.
b.         Lingkungan Sekunder
ð  Lingkungan Sekolah
Lingkungan kedua adalah lingkungan sekunder, lingkungan ini merupakan lingkungan sekolah. Di lingkungan ini anak tidak hanya belajar pada tataran akademik tapi anak juga akan turut belajar bagaimana untuk melakukan sosialisasi terhadap orang-orang sekitarnya, terlebih dengan sebayanya. Pada lingkungan ini anak juga akan terpengaruh pada dinamisasi di dalamnya. Seperti pada lingkungan primer, lingkungan sekunder mempunyai peranan penting dalam mengawal masa transisi anak.
Kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan mental di lingkungan sekolah pada umumnya kerap luput. Perlu perhatian serius dari segenap pihak khususnya pada guru pembimbing atau konselor juga tak lepas dari peranan kepala sekolah, guru mata pelajaran, maupun staf kantor. Kurangnya perhatian terhadap masalah kesehatan mental peserta didik tak jarang berakibat pada timbulnya tindakan penyimpangan dalam berbagai bentuk.
Manifestasi dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental yang dialami peserta didik ini pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian kognitif akademik siswa berupa prestasi belajar dan berpengaruh terhadap perkembangan psikis yang tidak optimal pada siswa. Pengaruh pada prestasi belajar umumnya ditandai dengan menurunya daya tangkap materi yang diajarkan, ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas maupun ujian yang berakibat pada jatuhnya hasil belajar yang ditandai dengan nilai-nilai yang tidak memenuhi standar. Sedangkan pada perkembangan psikis, hal ini terkait pada masalah kenakalan remaja berupa tingkah laku agresif, pergaulan bebas, tindak asusila dan sebagainya; kedisiplinan berupa menyontek, acuh terhadap tata tertib, ketidakrapian dalam berpakaian dsb.
Dari uraian singkat diatas secara umum kita mampu memahami kesehatan mental di lingkungan sekolah. Maka beberapa hal yang dapat diupayakan untuk menerapkan prinsip kesehatan mental di lingkungan sekolah Dr. Muh Surya (1985) mengungkapkan beberapa saran diantaranya:
1.      Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik, maupun akademis.
2.      Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak.
3.      Usaha pemahaman anak didik secara menyeluruh baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4.      Menggunakan metode dan alat belajar yang dapat memotivasi belajar.
5.      Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
6.      Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat membesarkan motivasi belajar.
7.      Menciptakan situasi sosial yang baik dan membantu perkembangan pribadi anak.
8.      Peraturan/tata tertib yang jelas dan difahami oleh murid.
9.      Penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan pribadi anak.
10.  Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.
11.  Kerjasama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
12.  Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (konseling) yang sebaik baiknya.
13.  Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
14.  Hubungan yang erat dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat.
15.  Kerjasama yang baik dengan berbagai instansi yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
16.  Pelaksanaan UKS (usaha kesehatan sekolah) termasuk usaha kesehatan mental.
17.  Penyediaan fasilitas belajar yang memadai.
Pendekatan yang digunakan pada peserta didik bukan lagi bersifat kuratif penyembuhan dimana tindakan muncul ketika siswa baru mengalami masalah tetapi lebih diarahkan pada perkembangan (developmental approach). Hal ini bersifat edukatif pengembangan dan outreach (Nurihsan : 2009)
Oleh karena itu, maka dibutuhkan layanan yang bersifat komprehensif dari tiap-tiap komponen sekolah. Konselor dituntut mampu memberikan layanan konseling serta mampu meyampaikan bimbingan dengan baik. Selain itu juga dituntut untuk dapat bersinergi dengan guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan warga sekolah yang lain juga ketersediaan fasilitas yang mendukung guna terciptanya kesehatan mental di lingkungan sekolah.
ð  Lingkungan Kerja
Ada hubungan erat antara kesehatan kerja dan keselamatan kerja, ada alasan juga untuk membedakan dua masalah itu. Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja adalah aman, kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat.Tempat kerja bisa dianggap sehat, kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases) sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
Beberapa hal yang terjadi di lingkungan kerja yang menimbulkan gangguan mental adalah tuntutan pekerjaan, rekan yang kurang kondusif, iklim pekerjaan.


ð  Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai tempat interaksi terdekat setelah lingkunga keluarga memiliki peran penting untuk menjadikan individu sehat mental atau tidak. Masyarakat memiliki pengaruh dalam membentuk pola pikir dan cara pandang diri sendiri atau orang lain. Beberapa hal yang terjadi di lingkungan masyarakat yang menimbulkan gangguan mental adalah penerimaan sosial masyarakat terhadap diri, Iklim pergaulan, dan cara berfikir masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,dengan orang lain maupun dengan masayarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada seoptimal mungkin untuk mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi,dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri.
Individu yang memiliki mental yang sehat selalu menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain.
Tempat yang membutuhkan kesehatan mental dibagi menjadi 2, yaitu Lingkungan Primer dan Lingkungan Sekunder. Lingkungan yang paling awal dikenal dan terdekat oleh anak adalah adalah lingkungan primer. Lingkungan primer merupakan lingkungan keluarga di dalamnya terjadi interaksi yang inten dengan orang tua. Lingkungan kedua adalah lingkungan sekunder, lingkungan ini merupakan lingkungan sekolah. Di lingkungan ini anak tidak hanya belajar pada tataran akademik tapi anak juga akan turut belajar bagaimana untuk melakukan sosialisasi terhadap orang-orang sekitarnya, terlebih dengan sebayanya
DAFTAR RUJUKAN

Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
.dan semua sumber yang berada pada blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar