VERBATIM KONSELING
INDIVIDUAL
Client Centered
Di bawah ini disajikan kutipan dari suatu wawancara yang
diselenggarakan menurut pendekatan Rogers. Konseli adalah seorang siswa kelas
XII SMA yang memiliki beban masalah keluarga yang berdampak pada sekolahnya.
Konseli menghadap konselor sekolah setelah sebelumnya membuat janji.
Konseli : “Assalamu’alaikum Bu....”
Konselor : “Walaikumsalam......”
“Eh..Reni,,
mari silakan masuk Nak.....” “Ayo silakan duduk”
Konseli : “iya Bu, terima kasih”. "Maaf
Bu, saya agak terlambat datang. Tadi saya sehabis mata pelajaran olahraga
langsung ganti baju dan makan siang terlebih dahulu, soalnya tadi pagi belum
sempat sarapan Bu...jadi baru bisa datang"
Konselor : "iya, ibu mengerti. Tidak
apa-apa. Kalau perut tidak diisi terlebih dahulu, nanti malah tidak bisa
berkonsentrasi saat belajar bukan?"
Konseli : "Benar Bu, Terima kasih
pengertiannya. Wah, pernafasan saya belurn tenang. Tadi buru-buru sih Bu, dari
kantin langsung lari kesini."
Konselor : "Reni ingin beristirahat
sebentar? Ke sini tadi agak tergesa-gesa bukan?” “Ibu ambilkan minum terlebih dahulu ya...”
Konseli : "Ya Buk terimakasih.."
(Sementara itu ia mengatur pakaian dan cara duduk).
(konselor
menunggu Reni selesai minum)
Konselor : "Nah Reni, Ketika Kita bertemu
tadi pagi, Reni hanya mengatakan ingin bertemu Ibu dan Reni belum
mendapat kesempatan untuk berbicara lebih banyak kepada ibu. Coba
sekarang ceritakan kepada Ibu, barang kali ada sesuatu yang ingin Reni
sampaikan"
Konseli : "Mulai dari mana ya Buk?"(terlihat
mulai diam dan menunduk tidak berani menatap konselor)
Konselor : "nampaknya Reni menyimpan
perasaan yang kurang mengenakkan?" “Apakah benar seperti itu?”
Konseli : “Iya Buk...” (kemudian diam.....)
Konselor : “Ibu memahami perasaanmu,,,tetapi
apakah bisa kita bicarakan bersama?”
Konseli : “Saya inginnya seperti itu Buk,
tapi.....” (diam dan menunduk)
Konselor : “kalau begitu, Ibu ingin mendengar
apa yang membuat perasaan Ok tidak enak itu”
Konseli : “begini Buk,,sepertinya saya ingin
berhenti saja dari sekolah, saya......” (Reni diam dan menangis)
Konselor : “menangis saja tidak apa-apa” (sampil
memberikan Tissue). “lalu bagaimana?”
Konseli : “orang tua saya sudah meninggal
Bu, saya tinggal bersama kakak perempuan saya.”
Konselor : “Bisakah Reni menjelaskan lebih jauh
mengenai kebingungan yang dirasakan Reni?”
Konseli : “ Saya sangat bingung Buk, kakak
saya ikut suami, kakak tidak punya penghasilan apa-apa. Suami kakak saya hanya
seorang buruh bangunan, penghasilannyapun pas-pasan sekali. Saya kan butuh uang
saku Buk, sedangkan kakak tidak selalu punya uang. Ya sudahlah Buk, akhirnya
saya terpaksa tidak masuk sekolah....”
Konselor : “Bukankah Reni mendapat bantuan dari
sekolah?”
Konseli : “uangnya saya gunakan untuk
membayar iuran bulanan dan yang lain untuk membeli LKS dan perlengkapan sekolah
lain Buk...”
Konselor : “selanjutnya apa yang akanReni
lakukan dalam hal ini?”
Konseli : “saya....saya masih bingung Buk,
saya bingung apa yang harus saya lakukan dan apa yang terbaik untuk saya...mungkin yang terbaik
saya harus keluar saja Buk, agar tidak membebani kakak saya terus.”
Konselor : “Apakah dengan cara Reni ingin keluar
dari sekolah,Reni sudah merasa masalahnya teratasi?”
Konseli : “Tidak juga sih Buk...saya masih
terus memikirkanya...”
Konselor : “Nah, Reni nampaknya sudah memahami
masalahnya sendiri yaitu bagaimana untuk bisa menghilangkan rasa membebani dan
merepotkan kakak.”
Konseli : “Ya Buk....tapi perasaan itu
selalu membuat saya bingung sepertinya sulit sekali hilang, jadi merasa serba
salah...”
Konselor : “ Reni sudah kelas XII bukan?”
Konseli : “benar Buk...”
Konselor : “Reni sekolah disini tinggal beberapa
bulan lagi, sebentar lagi lulus, sedangkan saat ini Reni mengalami perasaan
tertekan dalam keluarga, bagaimana ini?”
Konseli : “Ya Buk, Cita-cita saya, saya
ingin lulus dengan hasil yang baik, dan saya sudah berjanji untuk tidak membuat
kakak saya kecewa. Karena selama ini, kakaklah yang sudah merawat dan membantu
saya...bahkan kakak sangat menyayangi saya.”
Konselor : “Bagus sekali tekad Reni. Ibu
mendukung pendapatmu...Lalu apakah Reni mempunyai cara untuk mengatasi masalah
yang Reni alami ini?”
Konseli : “Saya masih bingung Buk,,,saya
takut kakak saya kecewa kepada saya....apalagi jika kakak tahu akhir-akhir ini
nilai ulangan saya turun karena perasaan yang membebani saya ini.”
Konselor : “ketakutan seperti itu harus segera Reni
hilangkan demi kesuksesan Reni meraih cita-cita yang sudah Reni inginkan selama
ini. Ibu yakin Reni mampu mengatasinya...”
Konseli : “saya masih terus berfikir Buk,
bagaimana cara menghilangkan perasaan yang selalu membebani saya setiap kali
saya melihat kakak saya”
Konselor : “Apakah selama ini Reni belum pernah
berbicara dengan kakak, apakah benar kakak kamu terbebani dengan keberadaan Reni
dalam keluarganya?”
Konseli : “Wahhh...haruskah saya bicarakan
Buk? Saya takut....”
Konselor : “Reni ingin perasaan tidak enak itu
hilang bukan?”
Konseli : “Iya buk....”
Konselor : “kalau Reni tidak mengungkapkannya,
jangan-jangan nanti itu hanya perasaan Reni saja dan kakak Reni tidak pernah
merasa terbebani”
Konseli : “Benar juga sih Buk, harusnya saya
diskusikan dengan kakak, agar saya tidak kebingungan sendiri seperti ini”.
“nanti kalau sudah sampai rumah, saya akan berbicara dengan kakak saya”
Konselor : “Ya bagus. Memang seharusnya seperti
itu. “ “Kira-kira apa yang akan Reni rencanan sebagai tindak lanjut dari
pembicaraan Reni dengan kakak?”
Konseli : “kalau memang nanti pembicaraan
dengan kakak tidak mendapatkan jalan keluar, saya akan membicarakan masalah ini
kepada paman yang tinggalnya di seberang desa tempat saya tinggal. Dari dulu
Paman ingin menyekolahkan saya, karena beliau tidak memiliki anak. Tetapi kakak
tidak mengijinkannya.
Koselor : “Ya..ibu akan mendukung usaha yang Reni
lakukan.”
“Sebelum kita menutup pembicaraan, bagaimana
perasaan Reni sekarang?”
Konseli : “saya sudah merasa lega sekali Bu,
perasaan yang membebani saya sudah berkurang. Dan sekarang saya sudah paham apa
yang harus saya lakukan.”
Konselor : “Apakah masih ada yang ingin Reni
sampaikan kepada Ibi?”
Konseli : “sudah bu, hanya itu masalah yang
membebani saya.”
Konselor : “kalau begitu, kita tutup pembicaraan
ini dan Ibu berterimakasih sekali karena kesediaan Reni menemui Ibu.”
Konseli : “Iya Buk, kalau ada apa-apa lagi
bolehkah saya menemui Ibu lagi?”
Konselior : “silakan Reni datang kapan saja, Ibu
siap membantu.”
Konseli : “terimakasih Bu, saya pamit dulu.”
Konselor : “iya silakan”
Konseli : “Assalamu’alaikum”
Konselor : “Walaikumsalam”
terimakasih blognya sangat membantu .
BalasHapusterimakasih sangat membantu
BalasHapusMakasi ilmunya berkah selalu
BalasHapus