CONTOH VERBATIM
PROSES KONSELING TRAIT-FACTOR
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa langkah-langkah
konseling Trait-Factor yang dikemukakan oleh Williamson ada 6 langkah pokok yaitu : Analisis, Sintesis, Diagnosis, Prognosis, Treatment dan Follow up.
Karena langkah-langkah tersebut terkesan to the point, sedangkan masyarakat kita kurang begitu suka dengan
hal-hal yang to the point, maka oleh
Prof.Dr.Soeharto M,Pd. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling, Universitas SebelasMaret langkah-langkah tersebut diberi ‘tambahan’ agar lebih luwes untuk
digunakan di Masyarakat kita ini, yaitu membaginya menjadi 3 bagian besar dan
beberapa sub di dalamnya, berikut langkah-langkah Konseling Trait-Factor yang
sudah ‘dimodifikasi’ :
11.
PENDAHULUAN
a.
Menyambut kehadiran klien
b.
Menciptakan hubungan
yang baik
c.
Mendengarkan keluhan
klien
d.
Mempersetujukan tujuan
22.
INTI
e.
Mengumpulkan
informasi (analisis)
f.
Memadukan berbagai
informasi (sintesis)
g.
Merumuskan/menetapkan
masalah dan penyebabnya (diagnosis)
h.
Mencari beberapa
kemungkinan jalan keluar (prognosis)
i.
Memilih jalan keluar
yang paling tepat
j.
Merencanakan
pelaksanaan jalan keluar
k.
Memberi pertolongan
menuju jalan keluar (treatment) untuk
dilakukan di dalam dan di luar
l.
Mengevaluasi hasil
pemberian pertolongan dan melakukan tindak lanjut (follow up)
33.
PENUTUP
m.
Membuat kesimpulan
n.
Menutup pertemuan
Dari langkah-langkah diatas, maka saya mencoba membuat
verbatim konseling Trait-Factor (sebenarnya ini saya ambil dari naskah drama
yang saya buat, agar lebih memahami latar belakang masalahnya, silakan anda lihat
artikel saya pada label Hiburan Semata dengan judul SOSIODRAMA “BKKBN”).
Areta : “selamat sore Bu Mar…” (sambil
masih menangis)
Bu Marwah : “Areta? Mari-mari masuk keruang ibu
saja…” “silakan duduk”
Areta : “terimakasih buk. Apakah saya
mengganggu waktu Ibu? Kalau iya saya bisa datang besok saja buk”
Bu Marwah : “ow…tidak apa-apa Reta, ibu tidak sibuk
kok. Areta ada masalah sehingga datang menemui ibu?”
Areta : “Iya Buk….”
Bu Marwah : baiklah, disini kita akan
berbincang-bincang yang berkaitan dengan masalah yang Areta hadapi. Tentu saja
tujuannya agar masalah areta teratasi, bagaimana setuju?”
Areta : “setuju buk”
Bu Marwah : “nah…untuk memahami masalah Areta, ibu perlu beberapa keterangan
dari Areta. Tidak keberatan bukan? Ibu akan menjaga kerahasiaan tentunya.
Areta : “iya Buk….baik, saya setuju.”
Bu Marwah : “Coba ceritakan kepada Ibu, apa yang
areta pikirkan, ceritakan seluruhnya apa adanya. Sekali lagi percayalah saya
jamin tidak ada orang lain yang tahu kecuali saya.
Areta : “saya takut sekali buk kalau
tiba-tiba ortu meninggal”
Bu Marwah : “ow…begitu…lalu..”
Areta : “ saya nggak siap Buk, saya selalu
membangkang apa kata ortu sekarang saya sadar, saya merasa bersalah. ”
Bu Marwah : “sesuai keterangan Reta, benar bahwa
masalah ini perlu diatasi. Reta ingin lepas dari masalah bukan?”
Areta : “benar buk…saya sangat ingin
masalah saya teratasi.”
Bu Marwah : “tadi Reta mengatakan takut ortunya
tiba-tiba meninggal, kemudian mengungkapkan juga penyesalan. Bisa dijelaskan
lebih banyak lagi?
Areta : “saya tadi mendengar percakapan
antara Kharisma dan Rendy Bu..”
Bu Marwah : “mendengarkan?”
Areta : “iya buk, waktu di depan rumah
Reny. Ternyata orang tua Rendy udah meninggal. Rendy harusnya sudah kelas XII
tapi karena sempat down karena kecelakaan orang tuanya, Rendy harus berhenti
sekolah sementara dan mendapatkan bantuan dari psikologi untuk mengatasi depresinya.”
Bu Marwah : “ya…lalu?”
Areta : “nggak nyangka Bu…Rendy yang
dikelas suka membantu dan ceria pernah jadi anak yang nakal dan bandel, trus
depresi…trus sekarang sudah penuh harapan untuk meraih masa depannya lagi.”
Bu Marwah : “jadi Reta sedih mendengar pengalaman
Rendy?”
Areta : “iya Buk, yang saya dengar
Rendy menyesal dan sadar setelah orang tuanya meninggal.makanya dia depresi.
Saya jadi takut Buk, kalau saya diposisi Rendy, saya belum tentu bisa bangkit
lagi Buk….”
Bu Marwah : “kalau saya tidak salah, apakah areta
merasa menyesal?”
Areta : “iya Buk, saya menyesal selalu
menyia-nyiakan kepercayaan dari orang tua saya.
Tambah lagi tadi ternyata Kharisma sungguh-sungguh bersekolah karena
tidak ingin mengecewakan orang-orang yang dia sayangi. Saya merasa kisah dua
orang itu berbanding terbalik sekali dengan saya“
Bu Marwah : “dari keterangan yang telah Areta
sampaikan, yang Areta hadapi saat ini adalah perasaan menyesaal karena sudah
mengecewakan orang tua Areta. Bagaimana, benar begitu?”
Areta : “benar Buk..”
Bu Marwah : “Baiklah sekarang sudah sama-sama kita
ketahui bahwa Reta menjadi seperti ini karena perasaan-perasaan bersalah itu.
Ya inilah masalahnya. Memang wajar jika jadinya Areta menangis seperti ini,
makanya perlu dicari pemecahan masalahnya”
Areta : “iya Buk…”
Bu Marwah : “Reta, mari kita pikirkan bersama,
bagaimana caranya memecahkan masalah ini, agar Reta dapat keluar dari
perasaan-perasaan mengganggu ini.”
“Coba menurut Areta, kira-kira apa yang harus
dilakukan?”
Areta : “Saya harus meminta maaf kepada
orang tua saya Buk,”
Bu Marwah : “bagus…ada lagi?”
Areta : “saya juga mesti meminta maaf
kepada teman-teman yang sudah saya sakiti hatinya buk.”
Bu Marwah : “baiklah, ada cara lain lagi? Misalnya
Reta mulai bersungguh-sungguh dalam bersekolah, tidak bolos lagi, ikut les,
belajar kelompok, bagaimana menurut Reta?”
Areta : “benar Buk, itu juga bisa. Saya
harus bisa mengejar cita-cita saya untuk belajar bisnis.”
Bu Marwah : “dari beberapa cara itu, mungkin ada yang
paling efektif, kira-kira yang cara mana yang jitu untuk dilakukan.”
Areta : “saya akan meminta maaf
terlebih dahulu Buk”
Bu Marwah : “Baik, saya sependapat dengan pilihan
Reta.”
Areta : “iya buk, dengan meminta maaf
kepada orang tua saya terlebih dahulu, dan meminta maaf kepada teman-teman akan
membuat perasaan saya lebih tenang. Kalau pikiran saya tenang, saya akan
melanjutkan rencana selanjutnya. Pasti saya bisa buk…”
Bu Marwah : “sekarang menurut Areta, bagaimana
melaksanakan rencana Areta tersebut?”
Areta : “nanti setelah sampai rumah,
saat santai saya akan berbincang-bincang dengan oarng tua saya dan meminta maaf
Buk, berkumpul merupakan hal yang semenjak SMA tidak pernah saya lakukan. Kalau
meminta maaf kepada teman-teman, besok saja buk di sekolah”
Bu Marwah : “ya sesuai rencana Areta, memang perlu
dilakukan, agar Reta tidak dihantui rasa bersalah lagi. Masa lalu jadikan
pengalaman saja, sekarang masa depan Reta yang panjang harus Reta jalani dengan
baik.”
Areta : “iya Buk…saya juga akan
mengajak teman-teman saya untuk mulai bersungguh-sungguh, tapi mungkin
teman-teman saya juga sudah menyadarinya Buk.”
Bu Marwah : “nah…bagaimana perasaan Reta sekarang?”
Areta : “sudah lega Bu, sekarang saya
tahu apa yang harus saya kerjakan.”
Bu Marwah : “kira-kira bagaimana jika rencana-rencana
tadi dilakukan?”
Areta : “tentunya saya juga akan
mempunyai teman banyak bu, bukan Cuma musuh saja seperti selama ini. Dan juga
orang tua saya sudah menaruh harapan besar pada saya, pasti mereka senang jika
saya berubah.”
Bu Marwah : “Areta, kita sudah membicarakan banyak
hal mengenai tentang penyesalah Reta dan juga keinginan Reta untuk berubah.
Kemudia Reta akan melakukan apa saja tadi?”
Areta : “meminta maaf kepada
orang-orang disekitar saya Buk agar perasaan saya tenang, setelah itu saya akan
focus meraih cita-cita saya. Saya tidak ingin menngecewakan kerja keras orang
tua saya.”
Bu Marwah : “Ya…ternyata sudah banyak sekali ya? Kira-kira bagaimana menurut Reta, pertemuan
kali ini dicukupkan atau dilanjutkan lain waktu?
Areta : “saya rasa cukup dulu Bu, sudah
menjelang sore, saya juga akan segera bertemu dengan orang tua saya. Maaf ya
Bu, sudah mengganggu waktu Ibu.”
Bu Marwah : “ tidak apa-apa Reta, ibu senang bisa
membantu..”
Areta : “saya permisi Buk, selamat
sore”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar