Selasa, 03 April 2012

STRESS-KONSELING TRAUMATIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Trauma adalah suatu kejadian yang mengguncang secara psikologis. Biasanya peristiwa tersebut terjadi secara tiba-tiba, dasyat bahkan mengancam jiwa. Untuk itulah orang yang merasakannya mengalami ketakutan yang sangat intens dan tidak berdaya. Kematian anggota keluarga secara mendadak, keguguran, dipecat dari kerja, mengalami kecelakaan, mengalami perkosaan, semua ini dapat menjadi contoh pengalaman traumatik.
Stres yang diakibatkannya, atau yang menyusul kejadian traumatik disebut sebagai stres pascatrauma. Manusia sesungguhnya memiliki mekanisme adaptasi untuk menghadapi masalah, termasuk dalam menghadapi trauma. Meski demikian, penyesuaian menghadapi stres traumatik lebih sulit dilakukan. Berbeda dengan stres sehari-hari yang umumnya dapat lebih mudah ditanggulangi, stres traumatik bila tidak tertangani baik dapat sangat mengganggu fungsi individu. Dalam makalah ini, kita mulai untuk membahasnya agar lebih memahaminya.
B.     Rumusan Masalah
1.             Apakah pengertian stress?
2.             Apasajakah jenis-jenis stress?
3.             Apa sajakah gejala-gejala stress?
4.             Apa sajakah sebab dan akibat stress?
5.             Bagaimanakah cara menanggulangi stress?
6.             Apakah pengertian dari stres traumatik?
7.             Apakah gejala-gejala stress traumatik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Stress
              Stres menurut beberapa ahli adalah : Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupak badaniah saja. Ditunjukkkan nya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat fatal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
              Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ , cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda- beda dari reaksi terhadap stres.
              Menurut H. Handoko, Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Sedangkan berdasarkan definisi kerjanya, pengertian dari stress adalah :
a.              Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan ( lingkungan ), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
b.             Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
              Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif ,apresiawa stress l menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri. Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
              Kesimpulan pendapat dari para ahli tersebut adalah Stress adalah Respon – Fisiologis, Psikologis, dan Perilaku, dari individu dalam usahanya untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap tekanan dari luar dan dari dalam diri individu. Stress dalam batas tertentu adalah hal yang wajar, merupakan salah satu emosi yang dapat membantu manusia mencapai cita-citanya. Stress terlalu berat atau terlalu lama akan dapat menyebabkan dekompensasi individu. Stress menjadi penyakit akan mengakibatkan ketidak mampuan untuk berfungsi secara wajar dalam pekerjaan, sekolah atau kehidupan sosial.
B.     Jenis-jenis Stress
Beberapa jenis stressor  psikologis (Folkman,1984) :
a)      Tekanan (Pressure) : Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghebiskan sumber- sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian semuanya.
b)      Frustasi : Frustasi terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
c)      Konflik : Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Selye (dalam Rice, 1992)  menggolongkan stress menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya :
·         Distress (stress negatif) : Selye menyebutkan distress merupakan stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stress digunakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan,. Khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
·         Eustress : Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hanson (dalam Rice, 1992) mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal- hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stress. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan  motivasi individu untuk menciptakan sesuatu misalnya menciptakan karya seni.  
C.    Pemicu Stress
Orang stres itu ada banyak dengan berbagai macam/jenis penyebab mulai dari masalah ekonomi, masalah cinta, masalah keluarga, masalah pekerjaan, masalah tetangga, masalah selebritis, dan lain sebagainya. Orang stress biasanya mudah tersinggung, sensitif, gugup, agresif, emosi labil, sedih, emosional, dan lain sebagainya. Berikut adalah kategori pemicu stres yang umum :
1)      Stres Kepribadian (Personality Stress)
Stres kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkenal stress jenis yang satu ini.
2)      Stes Psikososial (Psychosocial Stress)
Stres psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya, diolok-olok, dan lain-lain.
3)      Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)
Stres bio-ekologi adalah stress yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu ekologi / lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya.
4)      Stres Pekerjaan (Job Stress)
Stres pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, ancaman phk, target tinggi, usaha gagal, persaingan bisnis, adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stress akibat karir pekerjaan.
D.    Gejala-gejala Stress
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang gejala stress, kita perlu melihat apa dan bagaimana stress itu sebenarnya; apakah stress itu sebuah gejala tunggal ataukah sebuah proses. Untuk itu, kita dapat merujuk pada pendapatnya Dr. Robert van Amberg. Ada enam tahapan stress yaitu :
Gejala Stress Tahap I
Menurut van Amberg (dalam Hawari 2002), stress itu memiliki enam tahapan. Tahap I adalah stress paling ringan. Seseorang akan dihinggapi gejala stress yang berkonotasi positif, seperti bertambahnya semangat kerja penglihatan menjadi lebih tajam, meningkatnya rasa senang terhadap pekerjaan, dan mampu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari biasanya. Orang yang mengalami gejala stress Tahap I sebenarnya tengah menghabiskan cadangan energinya yang dimilikinya.
Gejala Stress Tahap II
Ketika stress Tahap I selesai, ia akan memasuki stress Tahap II. Jika pada awalnya menyenangkan, pada tahap ini seseorang mulai merasakan aneka keluhan sebagai gejala stress nya. Sering mengeluhkan tidak cukupnya cadangan energi, seperti cepat lelah—khususnya pada sore hari, merasa letih ketika bangun pagi, jantung berdenyut lebih cepat dari biasanya alias berdebar-debar, tidak bisa santai, dan otot-otot mulai terasa tegang.
Gejala Stress Tahap III
Apabila gejala stress ini tidak dihiraukan dan terus memaksakan bekerja, stress pun akan memasuki tahap III, di mana aneka penyakit mulai berdatangan. Semacam insomnia, diare, maag, meningkatnya ketegangan emosi, dan terganggunya sistem koordinasi tubuh—badan terasa lunglai dan mau pingsan.
Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi, atau melakukan terapi sendiri dengan mengurangi beban emosi dan fisik.
Gejala Stress Tahap IV
Jika hal ini dibiarkan, gejala stress tahap IV pun akan muncul. Gejalanya biasanya lebih berat. Sebagai contoh: seseorang sangat sulit untuk bertahan walau hanya satu hari, tidak mampu lagi menyelesaikan pekerjaan rutin, hilangnya kemampuan untuk bersikap tanggap terhadap situasi, pekerjaan yang awalnya menyenangkan menjadi membosankan dan tampak sulit, menurunnya konsentrasi dan daya pikir, dan mulai muncul perasaan takut dan cemas yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Gejala Stress Tahap V
Jika keadaan terus berlanjut, seseorang akan jatuh pada gejala stress Tahap V yang ditandai dengan: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan rutin walaupun itu ringan, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro intestinal disorder), perasaan takut, kecemasan, dan kepanikan yang semakin meningkat, yang bersangkutan pun menjadi mudah bingung.
Gejala Stress Tahap VI
Puncaknya adalah stress Tahap VI. Inilah klimaks dari lima tahapan sebelumnya. pada gejala stress yang ke-6 ini eseorang akan mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Orang yang terkena stress Tahap VI ini seringkali harus masuk UGD berkali-kali karena beratnya keluhan yang diderita, walau secara medis tidak ditemukan “kelainan” pada fisiknya.
Gambaran gejala stress Tahap VI dapat dilihat dari beberapa gambaran berikut: debaran jantung sangat keras, sulit bernapas, badan gemetar, keringat dingin mengucur deras, tidak lagi memiliki tenaga untuk melakukan hal-hal kecil, mengalami pingsan atau kolaps.
Dengan demikian, stress sebenarnya merupakan sebuah proses, di mana ada tahap-tahap tertentu, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Gejala stress Tahap I dan II dapat dikatakan masih berada pada tahap kewajaran, di mana semua orang pernah merasakannya. Namun, gejala stress mulai tidak wajar apabila sudah mendatangkan gangguan fisik dan kejiwaan.
E.     Sebab dan Akibat Stress
PENYEBAB
Penyebab stress bisa ditimbulkan dari kejadian sehari-hari baik gembira dan sedih, seperti :
·         Menikah atau mempunyai anak
·         Memulai sekolah di tempat yang baru, tempat kerja yang baru, atau tempat tinggal yang baru
·         Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai
·         Masalah hubungan pribadi
·         Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat dan atau bekerja dengan atasan yang keras dan kurang pengertian
·         Memiliki sakit yang tidak kunjung sembuh
·         Lingkungan. seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam rumah atau tempat kerja
·         Masalah keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan
·         Kurang percaya diri, pemalu
·         Terlalu ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi
·         Perasaan negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi
·         Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan
·         Membuat keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa untuk merubah nilai-nilai/ prinsip hidup pribadi
AKIBAT
Akibat stres tergantung dari reaksi seseorang terhadap stres. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari.
Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi akan berbahaya bagi kesehatan.
Umumnya stres yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit tidur. Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.
F.     Cara Menanggulangi Stress
Mengetahui gejala stress sedari dini akan sangat menguntungkan bagi kesehatan jiwa serta fisik Anda. Dengan demikian sebelum Anda benar-benar divonis stress atau bahkan depresi oleh dokter, Anda bisa segera “memperbaiki” itu semua. Gejala stress memang rentan menjangkiti siapa saja. Sebelum gejala tersebut berubah menjadi stress, Anda bisa melakukan beberapa hal yang dapat mengubah itu semua. Mengubah gejala stress yang Anda rasakan menjadi kembali segar dan prima.
Apabila dilihat penyebab gejala stress adalah keadaan yang sudah sangat penat, kegiatan sehari-hari yang sudah sangat membosankan, serta pekerjaan yang sepertinya tidak pernah ada habisnya. Berdasarkan hal itu, beberapa hal yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala stress dari pikiran Anda adalah dengan melakukan apapun yang Anda sukai, seperti berlibur bersama keluarga.
Selain itu, cara menanggulangi stress yang pertama adalah mengenal dan menyadari sumber-sumber stres. Selanjutnya kita harus membina kedewasaan kepribadian melalui pendidikan, pengalaman hidup, mengembangkan hidup sehat. Antara lain dengan cara merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, tidak tergesa-gesa mencapai ingin mencapai keinginannya, menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan dan sebagainya.selain itu, hendaknya kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala sesuatu yang terjadi dengan tetap beriman kepadaNya. Minta bimbingan kepada sahabat terdekat, orang-orang yang lebih dewasa, psikolog, orang yang dewasa kerohaniaanya. Hindarkan sikap-sikap negatif antara lain: memberontak terhadap keadaan, sikap apatis, marah-marah. Hal-hal tersebut tidak menyelesaikan masalah tetapi justru membuka masalah yang baru.
G.    Stres Traumatik
a.      Pengertian Stress Traumatik
Stress Traumatik adalah keadaan  internal  yang dapat diakibatkan oleh kejadian membahayakan yang tidak dapat ditanggung oleh kemampun normal seseorang sehingga menimbulkan efek jangka panjang. Kejadian ini bersifat mendadak dan mengganggu, hal ini dapat berupa tindakan kekerasan pakan yang nyata, ancaman atau kejadian yang tegolong tidak biasa dalam kehidupan sehari- hari.
b.      Gejala-gejala Stres Traumatik
Gejala-gejala stres antara lain : (a) Mengalami mimpi buruk berulang kali mengenai kejadian buruk itu dan insomnia. (b) Menarik diri dari lingkungan. Misalnya menghindari tempat-tempat yang akan menimbulkan trauma atau tidak mau melakukan kegiatan-kegiatan yang disuka. (c) Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan. (d) Hiperaktif yang negatif, punya kegelisahan yang berlebihan, rasa kekuatiran yang tidak masuk akal dan sikap yang tak tenang. (e) Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri.
(f) Merasa terganggu bila diingatkan, atau teringat tentang traumanya (oleh sesuatu yang dilihatnya, didengar, dirasakan, dicium, atau dirasakan (lidah).
Gejala – gejala individu yang mengalami trauma dapat dibagi menjadi empat kategori. Seseorang yang mendapat pengalaman traumatis akan memperlihatkan beberapa gejala dan kombinasinya. Gejala-gejala yaitu:
·       Memutar kembali peristiwa traumatis seperti.
Seseorang yang mengalami trauma sering merasa peristiwanya terulang kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali peristiwa. Orang ini mungkin mempunyai gambaran mental di kepalanya tentang trauma, mengalami mimpi buruk, atau bahkan mungkin mengalami halusinasi tentang trauma. Gejala ini sering menyebabkan seseorang kehilangan ”saat sekarang” dan bereaksi seolah-olah mereka mengalaminya seperti awal trauma terjadi. Contoh, beberapa tahun kemudian seorang anak akibat penganiayaan mungkin akan bersembunyi gemetaran di closet bila merasa ketakutan, meskipun ketakutan itu tidak berhubungan dengan penganiayaan.
·       Penghindaran.
Seseorang yang mengalami trauma berusaha untuk menghindari segala sesuatu yang mengingatkan mereka kembali pada kejadian traumatis. Mereka mungkin akan menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan, termasuk juga bersikap dingin untuk menghindari rasa sakit, perasaan yang berlebihan. Membekukan pikiran dan perasaan akibat trauma disebut juga ”disasociation” dan merupakan karakteristik trauma.
·       Pelampiasan.
Seseorang yang menderita trauma kadang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau alkohol atau rokok untuk menghindari ingatan-ingatan dan perasaan yang berhubungan dengan trauma. Dengan mengkonsumsi obat-obatan penenang atau alkohol atau rokok memang mereka dapat merasa tenang, tetapi hal itu sifatnya hanya sementara.
·       Pemicu.
Gejala-gejala pemicu psikologis dan fisiologis sangat berbeda-beda pada orang-orang dengan trauma. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti insomnia, atau mimpi buruk. Mereka akan terlihat terus menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan trauma akan mengalami panic attack yang dibarengi dengan nafas yang pendek dan sakit di bagian dada.
·       Perasaan bersalah.
Sering seseorang merasa bersalah tentang apa yang telah terjadi dan mereka salah meyakini bahwa mereka pantas untuk disalahkan atau pantas mendapatkan hukuman.
c.       Tindakan yang Bisa Dilakukan untuk Menolong :
* Anda harus bersedia mendampingi si teman kapan saja dibutuhkan.
* Hindari bertanya tentang rentetan kejadian yang dialaminya karena pertanyaan Anda bisa meninggalkan trauma lebih dalam.
* Anda harus bersedia menerima kondisi si teman seperti apa adanya. Jangan pernah membandingkannya dengan orang lain yang mengalami peristiwa yang sama tapi bisa bangkit seperti sediakala. Hal itu akan membuatnya lebih terpuruk ke dalam perasaan yang tidak berdaya.
* Melakukan kegiatan yang disukainya. Hal ini dapat membantunya keluar dari rasa trauma yang dialaminya.


DAFTAR RUJUKAN

Hawari, Dadang. 1996.Al-Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. hal 416-417. Yogyakarta: Victory Jaya Abadi.
www.rumahbelajarpsikologi.com/index.php/tag/secondary-traumatic-stress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar