-2009th-
Bulan berjalan sendiri di tepi
pantai, menjauh dari teman-temannya yang sibuk merayakan kelulusan, dia
duduk…memandang laut lepas, menyiapkan hatinya untuk hal besar bagi hidupnya.
Melangkah serta melupakan atau berdiri di tempat yang sama dan menunggu.
Kemudian ia mencoba menulis sebuah
nama di atas pasir, “Putra Hariansyah” tapi selalu cepat tersapu oleh ombak…
Bulan terdiam, mengambil buku
bersampul coklat di tasnya yang selalu ia bawa kemanapun, ia mulai menulis
Kenapa
kau pungkiri angin yang
sore
itu membelaimu?
Mengapa
......
kau
halangi angin itu datang lagi di hadapanmu?
Jika
memang hidup itu penuh luka,,,,,
kenapa
kau takut menghadapi?
Kenapa
kau tutup jendela itu dari cahaya pagi yang datang?
Padahal
kau tahu.......
ruang
hatimu inginkan cahaya itu untuk terangi gelap hatimu.
Kau
tinggalkan jejak yang kau buat ini.....
dan
berlalu bersama deburan ombak
yang menghapus jejakmu di atas pasir.
Aku
tertunduk tak beranjak dari bekas tempatmu berdiri.
Dengan
membawa luka dan cinta
yang
sekejap meluluhkanku.
_-N-_
“dasar penyair…….”
Sebuah suara membuyarkan lamunan
Bulan. Ia menoleh ke sumber suara. “Putra?”
“Sorry…gak ganggu khan?” Tanyanya
Bulan menggelengkan kepala, menutup
rapat buku hariannya.
“Lagi apa kamu disini sendirian?
Besok udah pada mencar mencari tujuan masing-maisng”
“Iya aku tau” Jawab Bulan lirih
“Terus ngapain kamu malah duduk
ngelamun disini sendiri?”
“Hmmm….Putra…aku tadi tulis nama
kamu tuh diatas pasir. “
“Idih malah ngalihin pembicaraan.”
“Tapi mudah banget ya tersapu
ombak.”
Puta menatap Bulan tajam, “dari
kata-katanya, ini pasti ada makna tersembunyi ya?”
“nggak…..aku cuma mau bilang sama
kamu Setelah hari ini ini tolong kamu hapus nomor ku dari HP kamu dan lupakan
aku.”
“Apa Lan? Kok gitu? Katanya kamu
sayang sama aku…”
“justru karena perasaan
itulah….makanya aku ingin lepasin kamu dan gak membelenggu kamu. Kamu bentar
lagi juga akan lanjutin study ke Jakarta kan? Jadi jika ada yang ingin kamu
sampaikan , bilang sekarang juga.” Suara Bulan bergetar
“tapi apa nggak bisa sih Lan sering
kasih kabar atau temenan gitu.”
“itu yang aku nggak bisa! Dari kelas
2 SMA, sampai lulus sekarang ini....Selama ini aku menyadari bahwa jika aku
tidak membatasi perasaanku, aku bisa saja jatuh cinta padamu terlalu dalam, dan
aku nggak siap untuk kehilangan lagi...Harus jauh dalam jangka waktu yang tak
terbatas, aku nggak bisa...Yang ada aku akan selalu memohon kamu pulang....”
“terus mau kamu….?” Tanya Putra
dengan bimbang.
“makanya jika ada yang pingin kamu
sampaikan , sekarang aja! Dan sesudah ini jangan hubungi aku lagi!” tambah
Bulan dengan air mata membanjir.
“Bulan…maafin aku ya….” ucap Putra.
“aku cuma nggak mau ngerasain lagi
kehilangan orang yang aku cintai karena terpisah jarak, makanya aku memutuskan
untuk tak bersinggungan lagi dengan kehidupan kamu dan memulai kehidupanku yang
baru. Karena,,,,aku nggak yakin lagi dengan hubungan jarak jauh…”
“Lan…..baru pertama aku kenal cewek
kaya kamu. Aku suka kok….”
“Cukup Tra!!! Jangan bikin aku
berharap…” Bulan menutup telinganya
Putra memegang tangan Bulan dengan
cepat, “OK!! Bulan, dengerin aku…sebenarnya selama ini aku juga sayang sama
kamu. Aku juga suka kok sama kamu. Tapi nggak tahu kenapa aku masih belum bisa
bilang……”
“Udah Tra…..” Potong Bulan dengan
penuh air mata.
“nggak!! Dengerin dulu! Liat kamu
sekarang nyuruh aku ngelupain kamu, mungkin aku bisa jika nggak ganggu-ganggu
kamu lagi. Tapi kalau lupain kamu…aku nggak bisa….”
“kenapa nggak bisa???”
“ya pokoknya nggak bisa. Gak tahu
alesannya apa, mungkin itu udah natural dalam diri aku. Aku mau jujur sama
kamu…..maafin aku ya??”
“Jujur hal apa?”
“selama ini dibelakang kamu aku
malah deket sama cewek lain. Tapi aku udah tepatin janjiku kan buat gak pacaran
dulu dan emang aku nggak punya niat untuk itu.”
“kenapa????”
“Selama ini aku cuma ingin mencoba
mengisi kekosongan di hati aja. Dari aku menyukai seseorang, terus kamu datang……
Aku bingung…karena aku punya
kedekatan yang sebelumnya aku jalani.”
“Owh….” Bulan kehabisan kata
“tapi Lan….di lain sisi aku juga
nggak mau kehilangan kamu, karena ternyata kamu tu selalu buat aku tenang.
Sejak pertama itu….aku jadi selalu berusaha menjaga hati kamu. Aku coba belajar
membagi hatiku ke kamu.”
Bulan tersentak….sesaat kemudian
menunduk dan hati kecilnya berkata “ternyata nggak ada yang sepenuhnya
mencintaiku Bodohnya aku!!! Kenapa juga aku masih disini????”
“Bulan…kamu nggak apa-apa khan?”
tanya Putra cemas.
“membagi hati ya? Maaf jika aku dulu
datang di hidup kalian. Maaf….”
“sssttttt….Udah Lan! Aku nggak tega
liat kamu nangis….”
“udahlah Tra!!!! Mana Reina? Aku mau
pulang….aku mau pulang sekarang…..”
“Bulan…. Tunggu!!!!”
Bulan berlari, menjauh dari
Putra.....
Awan
itu mungkin akan pergi dari bulan…..
Dan
kapanpun itu…pasti dia akan temukan tempat persinggaha baru.
Jika
itu terjadi, Bulan berharap hatinya telah sempurna untuk bintang.
-27
Juli 09-
Sudah satu bulan sejak Putra
berangkat ke Jakarta, mengejar impiannya. Bulan masih dengan aktifitas nya,
berangkat kuliah jam 7 tepat. Dimana itu jam masuk masih sama seperti saat SMA
dulu.
Saat akan bergegas, Ponsel Bulan
bergetar....
“Hallo! Selamat pagi…” sapa Bulan.
“sayang….”
“siapa nih? Putra ya?”
“udah tau ya? Hey…kata Andry kamu
marah ya ma aku?”
“owh….He’eh! kenapa sih kamu nitipin
aku ke Tyo? Kamu tau sendiri dia tuh suka sama aku, kenapa kamu bilang ke dia
suruh jagain aku?”
“aduh! Padahal aku tuh cuma bilang,’Tyo
tolong tenangin Bulan ya? Dia kayanya sedih banget aku pergi’, gitu doang!
Gak nitipin.” Putra membela diri.
“whatever!!! Tau nggak, Tyo tuh jagi
berharap lebih ke aku. Dia ampe bilang,’Bulan..disaat aku cinta ma
seseorang, ada orang yang menyerahkan cinta itu padaku, aku akan jaga kamu.’
Aduh Tra….napa sih? Jadi ribet khan?”
“dia yang salah artiin kata-kataku
Lan…..”
“aku jadi susah tau nggak!”
“aku juga susah, tapi bukan karena
Tyo..aku kepikiran kamu.”
“nonsense!!!!” jawab Bulan dengan
marah.
“eh jangan dikira aku ga peduli sama
kamu. Aku juga mikirin kamu.”
“jangan ngrayu…….”
“ya dah deh…..tapi meskipun aku
jauh, aku akan tetep terus dukung kamu.”
“hemmm…..pikir aja cita-cita dan
impian kamu Tra….”
“mimpi? Aku sekarang dah nggak
percaya lagi sama mimpi. He…he…he….! Sebenarnya aku tuh Cuma pingin nglanjutin
hidup aja kaya dulu. Entah berhasil atau nggak yang penting aku harus ada
perjuangan.”
“yah…terserah kamu. Lagi ngapain sih
kamu?”
“lagi tertegun liat foto kamu.”
“Putra….bercandanya nggak lucu!!!!”
“Eh iya….kemarin siang aku reunion
sama teman-teman SD. Waduh…. Semua pada pangling, masa aku dibilang tambah
cantik. Kurang ajar nggak tuh!”
“dari dulu kale…lagi nyadar ya?
Oiya, gimana kabar cewek yang kamu bilang itu?”
“cewek apa?”
“cewek yang kamu bilang, kamu sukai
itu…sebelum ada aku! Gimana kabarnya?”
“owh! Itu…..em…dia dah nggak pernah
calling aku lagi, mungkin dia udah lupa sama aku. Emange kenapa?”
“kamu nggak kangen sama dia?”
“biasa aja kok. Malahan lebih
kangenan sama kamu. Ha…ha…ha….Dont say ‘gombal’…”
“udah pinter ya baru sebentar di
kota metropolitan……”
“beneran! Gak boong! Kalau bisa
jujur aku tuh masih membutuhkan kamu, sekalipun kamu bilang udah nggak bersedia
lagi. Aku masih anggap kamu lebih……” tandas Putra.
“kenapa harus aku? Kenapa bukan
dia?”
“karena dari pada dia kamu yang
paling bisa ngerti aku.”
“Tapi Tra….aku….aku gini khan…..”
“maafin aku ya, aku udah kecewain
kamu. I Miss You….Tunggu aku ya....”
Putra mengakhiri percakapan pagi
ini. Percakapan paling manis yang ternyata adalah hal indah terakhir yang dia
sampaikan pada Bulan. Sekali lagi, Bulan menjadi manusia yang dititahkan untuk
menunggu tanpa kepastian.
~-_0_-~
Tahun 2017 sudah memasuki bulan ke
dua, Bulan masih dengan kesibukannya membuktikan bahwa dirinya masih bernyawa
dan hidup layaknya manusia.
Bulan membuka email yang baru saja
masuk, dari Dina, teman seangkatan waktu SMA. Pesannya ringkas, “Mbak,
Mohon doa restunya ya....Putra besok sabtu mau menikah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar