Senin, 27 Februari 2017

Play your Heart, Now! -Short Story 1-



-2009th-
Bulan berjalan sendiri di tepi pantai, menjauh dari teman-temannya yang sibuk merayakan kelulusan, dia duduk…memandang laut lepas, menyiapkan hatinya untuk hal besar bagi hidupnya. Melangkah serta melupakan atau berdiri di tempat yang sama dan menunggu.
Kemudian ia mencoba menulis sebuah nama di atas pasir, “Putra Hariansyah” tapi selalu cepat tersapu oleh ombak…
Bulan terdiam, mengambil buku bersampul coklat di tasnya yang selalu ia bawa kemanapun, ia mulai menulis
Kenapa kau pungkiri angin yang
sore itu membelaimu?
Mengapa ......
kau halangi angin itu datang lagi di hadapanmu?
Jika memang hidup itu penuh luka,,,,,
kenapa kau takut menghadapi?
Kenapa kau tutup jendela itu dari cahaya pagi yang datang?
Padahal kau tahu.......
ruang hatimu inginkan cahaya itu untuk terangi gelap hatimu.
Kau tinggalkan jejak yang kau buat ini.....
dan berlalu bersama deburan ombak yang menghapus jejakmu di atas pasir.
Aku tertunduk tak beranjak dari bekas tempatmu berdiri.
Dengan membawa luka dan cinta
yang sekejap meluluhkanku. _-N-_

“dasar penyair…….”
Sebuah suara membuyarkan lamunan Bulan. Ia menoleh ke sumber suara. “Putra?”
“Sorry…gak ganggu khan?” Tanyanya
Bulan menggelengkan kepala, menutup rapat buku hariannya.
“Lagi apa kamu disini sendirian? Besok udah pada mencar mencari tujuan masing-maisng”
“Iya aku tau” Jawab Bulan lirih
“Terus ngapain kamu malah duduk ngelamun disini sendiri?”
“Hmmm….Putra…aku tadi tulis nama kamu tuh diatas pasir. “
“Idih malah ngalihin pembicaraan.”
“Tapi mudah banget ya tersapu ombak.”
Puta menatap Bulan tajam, “dari kata-katanya, ini pasti ada makna tersembunyi ya?”
“nggak…..aku cuma mau bilang sama kamu Setelah hari ini ini tolong kamu hapus nomor ku dari HP kamu dan lupakan aku.”
“Apa Lan? Kok gitu? Katanya kamu sayang sama aku…”
“justru karena perasaan itulah….makanya aku ingin lepasin kamu dan gak membelenggu kamu. Kamu bentar lagi juga akan lanjutin study ke Jakarta kan? Jadi jika ada yang ingin kamu sampaikan , bilang sekarang juga.” Suara Bulan bergetar
“tapi apa nggak bisa sih Lan sering kasih kabar atau temenan gitu.”
“itu yang aku nggak bisa! Dari kelas 2 SMA, sampai lulus sekarang ini....Selama ini aku menyadari bahwa jika aku tidak membatasi perasaanku, aku bisa saja jatuh cinta padamu terlalu dalam, dan aku nggak siap untuk kehilangan lagi...Harus jauh dalam jangka waktu yang tak terbatas, aku nggak bisa...Yang ada aku akan selalu memohon kamu pulang....”
“terus mau kamu….?” Tanya Putra dengan bimbang.
“makanya jika ada yang pingin kamu sampaikan , sekarang aja! Dan sesudah ini jangan hubungi aku lagi!” tambah Bulan dengan air mata membanjir.
“Bulan…maafin aku ya….” ucap Putra.
“aku cuma nggak mau ngerasain lagi kehilangan orang yang aku cintai karena terpisah jarak, makanya aku memutuskan untuk tak bersinggungan lagi dengan kehidupan kamu dan memulai kehidupanku yang baru. Karena,,,,aku nggak yakin lagi dengan hubungan jarak jauh…”
“Lan…..baru pertama aku kenal cewek kaya kamu. Aku suka kok….”
“Cukup Tra!!! Jangan bikin aku berharap…” Bulan menutup telinganya
Putra memegang tangan Bulan dengan cepat, “OK!! Bulan, dengerin aku…sebenarnya selama ini aku juga sayang sama kamu. Aku juga suka kok sama kamu. Tapi nggak tahu kenapa aku masih belum bisa bilang……”
“Udah Tra…..” Potong Bulan dengan penuh air mata.
“nggak!! Dengerin dulu! Liat kamu sekarang nyuruh aku ngelupain kamu, mungkin aku bisa jika nggak ganggu-ganggu kamu lagi. Tapi kalau lupain kamu…aku nggak bisa….”
“kenapa nggak bisa???”
“ya pokoknya nggak bisa. Gak tahu alesannya apa, mungkin itu udah natural dalam diri aku. Aku mau jujur sama kamu…..maafin aku ya??”
“Jujur hal apa?”
“selama ini dibelakang kamu aku malah deket sama cewek lain. Tapi aku udah tepatin janjiku kan buat gak pacaran dulu dan emang aku nggak punya niat untuk itu.”
“kenapa????”
“Selama ini aku cuma ingin mencoba mengisi kekosongan di hati aja. Dari aku menyukai seseorang, terus kamu datang……
Aku bingung…karena aku punya kedekatan yang sebelumnya aku jalani.”
“Owh….” Bulan kehabisan kata
“tapi Lan….di lain sisi aku juga nggak mau kehilangan kamu, karena ternyata kamu tu selalu buat aku tenang. Sejak pertama itu….aku jadi selalu berusaha menjaga hati kamu. Aku coba belajar membagi hatiku ke kamu.”
Bulan tersentak….sesaat kemudian menunduk dan hati kecilnya berkata “ternyata nggak ada yang sepenuhnya mencintaiku Bodohnya aku!!! Kenapa juga aku masih disini????”
“Bulan…kamu nggak apa-apa khan?” tanya Putra cemas.
“membagi hati ya? Maaf jika aku dulu datang di hidup kalian. Maaf….”
“sssttttt….Udah Lan! Aku nggak tega liat kamu nangis….”
“udahlah Tra!!!! Mana Reina? Aku mau pulang….aku mau pulang sekarang…..”
“Bulan…. Tunggu!!!!”
Bulan berlari, menjauh dari Putra.....
Awan itu mungkin akan pergi dari bulan…..
Dan kapanpun itu…pasti dia akan temukan tempat persinggaha baru.
Jika itu terjadi, Bulan berharap hatinya telah sempurna untuk bintang.
-27 Juli 09-
Sudah satu bulan sejak Putra berangkat ke Jakarta, mengejar impiannya. Bulan masih dengan aktifitas nya, berangkat kuliah jam 7 tepat. Dimana itu jam masuk masih sama seperti saat SMA dulu.
Saat akan bergegas, Ponsel Bulan bergetar....
“Hallo! Selamat pagi…” sapa Bulan.
“sayang….”
“siapa nih? Putra ya?”
“udah tau ya? Hey…kata Andry kamu marah ya ma aku?”
“owh….He’eh! kenapa sih kamu nitipin aku ke Tyo? Kamu tau sendiri dia tuh suka sama aku, kenapa kamu bilang ke dia suruh jagain aku?”
“aduh! Padahal aku tuh cuma bilang,’Tyo tolong tenangin Bulan ya? Dia kayanya sedih banget aku pergi’, gitu doang! Gak nitipin.” Putra membela diri.
“whatever!!! Tau nggak, Tyo tuh jagi berharap lebih ke aku. Dia ampe bilang,’Bulan..disaat aku cinta ma seseorang, ada orang yang menyerahkan cinta itu padaku, aku akan jaga kamu.’ Aduh Tra….napa sih? Jadi ribet khan?”
“dia yang salah artiin kata-kataku Lan…..”
“aku jadi susah tau nggak!”
“aku juga susah, tapi bukan karena Tyo..aku kepikiran kamu.”
“nonsense!!!!” jawab Bulan dengan marah.
“eh jangan dikira aku ga peduli sama kamu. Aku juga mikirin kamu.”
“jangan ngrayu…….”
“ya dah deh…..tapi meskipun aku jauh, aku akan tetep terus dukung kamu.”
“hemmm…..pikir aja cita-cita dan impian kamu Tra….”
“mimpi? Aku sekarang dah nggak percaya lagi sama mimpi. He…he…he….! Sebenarnya aku tuh Cuma pingin nglanjutin hidup aja kaya dulu. Entah berhasil atau nggak yang penting aku harus ada perjuangan.”
“yah…terserah kamu. Lagi ngapain sih kamu?”
“lagi tertegun liat foto kamu.”
“Putra….bercandanya nggak lucu!!!!”
“Eh iya….kemarin siang aku reunion sama teman-teman SD. Waduh…. Semua pada pangling, masa aku dibilang tambah cantik. Kurang ajar nggak tuh!”
“dari dulu kale…lagi nyadar ya? Oiya, gimana kabar cewek yang kamu bilang itu?”
“cewek apa?”
“cewek yang kamu bilang, kamu sukai itu…sebelum ada aku! Gimana kabarnya?”
“owh! Itu…..em…dia dah nggak pernah calling aku lagi, mungkin dia udah lupa sama aku. Emange kenapa?”
“kamu nggak kangen sama dia?”
“biasa aja kok. Malahan lebih kangenan sama kamu. Ha…ha…ha….Dont say ‘gombal’…”
“udah pinter ya baru sebentar di kota metropolitan……”
“beneran! Gak boong! Kalau bisa jujur aku tuh masih membutuhkan kamu, sekalipun kamu bilang udah nggak bersedia lagi. Aku masih anggap kamu lebih……” tandas Putra.
“kenapa harus aku? Kenapa bukan dia?”
“karena dari pada dia kamu yang paling bisa ngerti aku.”
“Tapi Tra….aku….aku gini khan…..”
“maafin aku ya, aku udah kecewain kamu. I Miss You….Tunggu aku ya....”
Putra mengakhiri percakapan pagi ini. Percakapan paling manis yang ternyata adalah hal indah terakhir yang dia sampaikan pada Bulan. Sekali lagi, Bulan menjadi manusia yang dititahkan untuk menunggu tanpa kepastian.
~-_0_-~
Tahun 2017 sudah memasuki bulan ke dua, Bulan masih dengan kesibukannya membuktikan bahwa dirinya masih bernyawa dan hidup layaknya manusia.
Bulan membuka email yang baru saja masuk, dari Dina, teman seangkatan waktu SMA. Pesannya ringkas, “Mbak, Mohon doa restunya ya....Putra besok sabtu mau menikah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar