Rabu, 28 Maret 2012

Pipit yang Galau



Prolog :
Sepenggal cerita yang membuat kita menyadari bahwa kita tidak perlu menjadi orang lain
Tidak perlu malu dengan keadaan diri dan menutupi kelemahan kita dengan topeng-topeng belaka

Kita....
Bagaikan seekor burung pipit
Yang walaupun kecil, Begitu lincah berpadu dengan alam.........
Perhatikan pipit kecil itu....
Selalu hinggap dari satu dahan
Ke dahan yang lain
Terbang jauh dan berkelana sejauh kepakan sayapnya.
Apa yang dia cari?
Apakah sebuah kebebasan?
Kebahagiankah?
Ataukah memang dia hanya terdorong oleh keinginannya untuk berkelana?
Tahukah kamu wahai pipit kecil?
Semua orang menilaimu dengan pandangan yang berbeda.....
Semua menganggapmu terlalu menghambur-hamburkan waktu
Banyak yang menilai....Engkau gembira diatas sana....
Tetapi tahukah engkau?
Jika pipit itu dalam kesendirian
Ia tampak bingung, selalu pulang dalam kebimbangan
Bahkan saat dia terlalu terbang tinggi dan terjatuh, dia akan kesakitan dan menangis
Kemudian dia bertanya dalam kegelapan, “seperti apa kebahagiaan yang ku cari?”
“bukankah dengan cara seperti ini...dia sama saja akan melukai setiap dahan yang pernah dia pijak? Bahkan juga akan selalu menyakitiku karena terlalu memaksakan diri”
Sadarlah wahai pipit kecil.....
Gunakanlah waktumu seperti takdir dan kemampuanmu....
Engkau tidak bisa menjadi elang, sekuat kau menyamainya engkau hanya mampu mencontoh keperkasaannya
Engkau tidak bisa menjadi burung merak, semampu kau mengembangkan ekor, engkau hanya akan menyakiti diri
Akuilah bahwa kau sebagai burung yang lincah, ceria dan bersahaja....
Engkau tidak perlu menjadi orang lain agar mampu membuat kagum semua orang yang melihatmu.............Akuilah takdirmu...
Maret, 2012
Epilog :
Seberapa pun usaha untuk menjadi orang lain, kita tak akan mampu karena kita berbeda dengan orang lain.....
Bukan dengan menjadi orang lain kita menjadi sukses
Tetapi karena kita mampu menempatkan diri
Dan mampu mengembangkan kemampuan kita sesuai mestinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar