Prolog :
Sepenggal cerita yang membuat
kita menyadari bahwa kita tidak perlu menjadi orang lain
Tidak perlu malu dengan
keadaan diri dan menutupi kelemahan kita dengan topeng-topeng belaka
|
Kita....
Bagaikan
seekor burung pipit
Yang
walaupun kecil, Begitu lincah berpadu dengan alam.........
Perhatikan
pipit kecil itu....
Selalu
hinggap dari satu dahan
Ke
dahan yang lain
Terbang
jauh dan berkelana sejauh kepakan sayapnya.
Apa
yang dia cari?
Apakah
sebuah kebebasan?
Kebahagiankah?
Ataukah
memang dia hanya terdorong oleh keinginannya untuk berkelana?
Tahukah
kamu wahai pipit kecil?
Semua
orang menilaimu dengan pandangan yang berbeda.....
Semua
menganggapmu terlalu menghambur-hamburkan waktu
Banyak
yang menilai....Engkau gembira diatas sana....
Tetapi
tahukah engkau?
Jika
pipit itu dalam kesendirian
Ia
tampak bingung, selalu pulang dalam kebimbangan
Bahkan
saat dia terlalu terbang tinggi dan terjatuh, dia akan kesakitan dan menangis
Kemudian
dia bertanya dalam kegelapan, “seperti apa kebahagiaan yang ku cari?”
“bukankah
dengan cara seperti ini...dia sama saja akan melukai setiap dahan yang pernah
dia pijak? Bahkan juga akan selalu menyakitiku karena terlalu memaksakan diri”
Sadarlah
wahai pipit kecil.....
Gunakanlah
waktumu seperti takdir dan kemampuanmu....
Engkau
tidak bisa menjadi elang, sekuat kau menyamainya engkau hanya mampu mencontoh
keperkasaannya
Engkau
tidak bisa menjadi burung merak, semampu kau mengembangkan ekor, engkau hanya
akan menyakiti diri
Akuilah
bahwa kau sebagai burung yang lincah, ceria dan bersahaja....
Engkau
tidak perlu menjadi orang lain agar mampu membuat kagum semua orang yang
melihatmu.............Akuilah takdirmu...
Maret, 2012
Epilog :
Seberapa pun usaha untuk
menjadi orang lain, kita tak akan mampu karena kita berbeda dengan orang
lain.....
Bukan dengan menjadi orang
lain kita menjadi sukses
Tetapi karena kita mampu
menempatkan diri
Dan mampu mengembangkan
kemampuan kita sesuai mestinya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar