RENCANA
PEMBELAJARAN BIMBINGAN DAN KONSELING
“Mengelola Konflik secara Efektif”
Standar
Kompetensi : Memiliki
perilaku sosial yang bertanggungjawab
Kompetensi
Dasar : Peserta didik
mampu mengidentifikasi kuasa
emosional dan mampu mengelolanya dalam
kehidupan sehari-hari
A.
Judul Layanan : Mengelola Konflik secara
Efektif
B. Jenis Layanan : Layanan Informasi
C. Bidang Bimbingan : Pribadi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman,
Pencegahan,Pengembangan
E. Tujuan Layanan :
1.
Peserta didik mampu mengkonsepkan sikap pengendalian diri
2.
Peserta didik mampu mengubah perilaku sesuai akhlaq mulia, sabar dan menahan diri
(mengelola emosi dan konflik)
3.
Peserta didik mampu mengelola konflik secara efektif dalam kehidupan
sehari-hari
F. Hasil yang ingin dicapai :
1.
Peserta didik mampu memahami makna dari pengendalian diri
2.
Peserta didik dapat berpikir positif saat terjadi perbedaan pendapat
didalam kehidupan sehari-hari.
3.
Peserta didik dapat mengelola konflik dalam setiap kegiatannya
G. Sasaran Kegiatan : Peserta didik SMA Kelas X
H. Semester : I
I. Materi Layanan :
1.
Menyampaikan tentang definisi konflik
2.
Menjelaskan tentang penyebab terjadinya konflik
3.
Menjelaskan tentang ciri-ciri konflik dan tahapan
perkembangan kearah terjadinya konflik
4.
Menjelaska tentang akibat terjadinya konflik
5.
Menjelaskan lebih lanjut tentang manajemen konflik
1.
Contoh tindakan dalam
menghadapi konflik
2.
Menyikapi konflik
seobyektif mungkin
J. Uraian Kegiatan :
1.
Pembukaan
2.
Tayangan slide(Gambar dan cerita)
3.
Penyampaian materi
4.
Tanya Jawab
5.
Refleksi
6.
Penutup
K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
L. Waktu :
1x60 menit
M. Penyelenggara Layanan : Guru BK
N. Pihak yang terlibat : Peserta didik
O. Metode : Ceramah, Tanya jawab
P. Media : Paper, LCD,, laptop, grafis
Q. Rencana Penilaian :
1.
Jangka Pendek : Peserta didik
memahami dan mematuhi instruksi yang diberikan
2.
Jangka Panjang : Peserta
mampu menerapkan pengelolaan konflik secara efektif di sekolah maupun di luar sekolah
R. Evaluasi dan Tindak Lanjut :
Input : apakah peserta didik membutuhkan materi yang disampaikan.
Proses : apakah peserta didik mampu berperan aktif
selama pelaksanaan layanan pada sesi tanya-jawab dan mampu menerima materi secara baik
Produk : apakah peserta didik mampu mengelola konflik secara efektif,baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam suatu forum
Tindak lanjutnya adalah peserta didik dapat membentuk pola pikir
yang positif saat terjadi perbedaan pendapat didalam kehidupan sehari-hari.
S. Keterkaitan layanan ini dengan layanan lain : layanan bimbingan kelompok dan konseling individual
CARA
MENGELOLA KONFLIK SECARA EFEKTIF
A.
Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu
dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik
yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat
tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja (Wijono,1993, p.4)
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580)
yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another. yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another. yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau
peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi,
2006:17).
Daniel Webster mendefinisikan
konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak
yang tidak cocok satu sama lain.
2.
Keadaan
atau perilaku yang bertentangan (Pickering,
2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa konflik adalah
keadaan dimana adanya perbedaan kehendak dan keinginan antara satu orang dengan
yang lainnya dalam sebuah pertemuan. Dalam interaksi dan
interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya
merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena
yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap
sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif
tergantung bagaimana cara mengelolanya. Disini akan dibahas bagaimana cara mengelola konflik.
B.
Penyebab Terjadinya Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
v Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
v Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material,
atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen
dalam suatu organisasi.
Perbedaan tujuan antar unit-unit
organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai
spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah
pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan
harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara
unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan
perusahaan.
Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling
ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu
tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang
negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang
relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup
berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang
ringan dan sederhana.
Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak
jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
Masalah
“status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen
mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang
lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki
organisasi.
Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,
pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar
unit/ departemen.
1.
Ciri-ciri Konflik
Menurut Wijono(
1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
a)
Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang
terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
b)
Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan
maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya
nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
c)
Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku
yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap
pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung
jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan
kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau
pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri,
kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
d)
Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan
yang berlarut-larut.
e)
Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang
terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan,
kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
2.
Tahapan Perkembangan Kearah
Terjadinya Konflik
ü Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan
sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu
dirinya.
ü Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara
tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara
keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran
dan sebagainya.
ü Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat
dirasakan (felt conflict) => Muncul
sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
ü Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan
sebab serta akibat yang ditimbulkannya ; individu, kelompok atau organisasi
cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
ü Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil
terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi
atau sebaliknya malah ditekan.
ü Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan
strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi
semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua
belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).
C.
Akibat Terjadinya Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif
tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat
menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan
(stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri,
frustrasi, dan apatisme.
Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi
perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan
tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat
inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap
perbedaan pendapat.
D.
Manajemen Konflik
1. Menyikapi konflik seobyektif mungkin
Yang dimaksud dengan obyektivitas adalah mengadopsi pendapat
yang berseberangan dan tidak menonjolkan salah satu pendapat yang Anda dukung
atau menonjolkan salah satu pendapat tertentu yang berkembang. Obyektivitas
juga disebut balancing, keseimbangan
dan penuh filosofis dalam menerima sebuah pendapat disertai sikap hati-hati
dalam menyikapinya dan mempertimbangkannya.
Sedangkan lawan dari obyektivitas adalah keberpihakan dan fanatisme. Seorang yang
fanatis laksana seorang yang hidup sendirian dalam ruang tertutup. Seorang yang
fanatis tidak pernah menganggap pendapat orang lain-walaupun ada beragam
pendapat- kecuali hanya pendapat dirinya saja. Dia sudah menutup dirinya untuk
sekedar bersimpati terhadap pendapat orang lain dan hanya mengandalkan
pendapatnya saja. Orang fanatis selalu beranggapan bahwa dirinya adalah orang
yang paling pintar, paling cerdas, paling luas ilmunya dan paling argumentatif.
Lawan lain dari obyektivitas adalah subyektivitas. Orang yang subyektivitas
menyikapi sesuatu tergantung kepada siapa pelakunya. Segala perkataannya selalu
disikapi dengan sangat personalitas.
Sementara orang yang obyektif obyektif adalah
orang yang melihat target dan tujuan ke depan, tidak tergantung dengan personal
dan tidak subyektif.
JAJAK
PENDAPAT
Agar bisa mengukur obyektivitas Anda dengan
obyektif dan tepat, maka Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Jawablah
setiap pertanyaan dengan jujur dan jelas, karena anda sendirilah yang akan
mengambil manfaatnya!
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
Kadang-kadang
|
1
|
Saya sangat fanatis dengan pendapat yang menjadi
pegangan saya
|
|
|
|
2
|
Saya akan mengubah pendapat kalau sudah
mendengar pendapat orang lain
|
|
|
|
3
|
Saya akan mengubah pendapat saya dan tidak
peduli dengan anggapan dan tuduhan sebagian orang yang melemahkan saya
|
|
|
|
4
|
Saya akan mengakui kebenaran pendapat orang
lain, walaupun berlawanan dengan pendapat saya
|
|
|
|
5
|
Saya lebih condok untuk berkoalisi dengan pihak
yang sependapat dengan saya, tetapi tidak dengan pendapat yang kontra
|
|
|
|
6
|
Saya akan tetap mempertahankan pendapat saya,
semaksimal mungkin, ketika orang lain berbeda pendapat denan saya
|
|
|
|
7
|
Untuk menentukan pendapat, saya akan
mendengarkan pandangan dari pihak tertentu saja dan mengabaikan pihak yang
lain, terutama dalam kesulitan yang saya hadapi atau kesulitan orang lain
yang meminta pendapat saya
|
|
|
|
8
|
Setelah mendengar ceritanya, saya akan langsung
mengungkapkan pendapat saya tentang masalah yang ia hadapi , tanpa
mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu.
|
|
|
|
9
|
Saya akan mengarahkan anggota keluarga, agar
mereka tetap satu pendapat dengan saya dalam berbagai masalah dan kesulitan.
|
|
|
|
10
|
Saya akan sangat sibuk mendebat orang yang berbeda
pendapat dengan saya, dan akan segera memotong pembicaraannya
|
|
|
|
11
|
Saya akan larut dalam perdebatan secara kontinyu
dengan teman kerja saya
|
|
|
|
12
|
Saya akan berpendapat sesuai dengan perasaan dan
insting saya sendiri
|
|
|
|
13
|
Saya akan memihak kepada salah satu pihak
tertentu dalam berbeda pendapat
|
|
|
|
14
|
Orang lain menganggap saya sebagai orang yang
selalu skeptis dan membosankan
|
|
|
|
15
|
Dalam memutuskan, mayoritas keputusan saya
mengandalkan balancing power bukan
hanya mengandalkan obyektivitas saya
|
|
|
|
16
|
Saya mampu mempertahankan semua keputusan saya
yang sudah final
|
|
|
|
Selamat Mengerjakan!!!
Kunci Jawaban :
Dalam beberapa pertanyaan diatas terdapat beberapa
point yang harus anda perhatikan agar anda menjadi orang yang obyektif.
Seharusnya semua pertanyaan diisi dengan jawaban “tidak”, kecuali pada
nomer 2,3,4,16 yang memang harus dijawab “ya”
Catatlah jawaban anda yang salah dan tidak sesuai dengan semestinya diatas
tadi. Kemudian catat pula jawaban “kadang-kadang”. Berusahalah untuk menyikapinya
dengan baik.
Beberapa hasil riset manajemen di bawah ini akan
membantu anda untuk menjadi pribadi yang obyektif seperti yang anda inginkan
Ingatlah selalu bahwa pribadi setiap orang merupakan hasil dari lingkungan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka berbeda satu dengan yang lainnya,
baik cara mengemukakan pendapat atau dalam kecenderungan pikiran.
Berikanlah orang lain hak untuk berbeda dengan Anda, dan pandanglah
perbedaannya itu sebagai wacana yang memperkaya khazanah bukan sebagai saingan
atau bahkan dianggap sebagai ancaman
bagi diri Anda.
Cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri. Percayalah kepada
kemampuan orang lain seperti anda mempercayai kemampuan anda sendiri.
Bersikaplah atas dasar ketidaksetujuan anda pada pokok permasalahan, bukan
pada pembicaranya dan bertujuan untuk saling menjelekkan dan menghina.
2. Hargai dan hormati perbedaan
pendapat
Ahmad Syauqi mengatakan, “berbeda pendapat tidak merusak
persaudaraan”. Terkadang kita berbeda pendapat dan menemukan keragaman
pemikiran. Semua berjalan sesuai dengan caranya masing-masing, baik yang ada
dalam sebuah forum ataupun yang di luar forum. Hal ini merupakan hal logis dan
alami, selama berjalan sesuai norma, maka itu bisa diterima.
Jangan memiliki prasangka buruk kepada
yang berbeda pendapat. Karena prasangka buruk terhadap orang lain, merupakan
kebohongan besar. Sebaiknya, dekati orang dan pihak yang berbeda pendapat,
jangan menjauhinya. Semoga dengan pendekatan yang kita lakukan orang tersebut
mau meninjau kembali pendapatnya atau minimal untuk menhargainya dan
menghormatinya. Cobalah anda berada pada posisi orang yang bertentangan dengan
anda untuk memahami persepsinya, baik sebelum mengeluarkan keputusan yang
berpihak kepada anda ataupun keputusan yang bertentangan dengan anda.
3. Kiat-kiat berbeda pendapat
Ketika perbedaan pendapat memuncak dan
meruncing maka, berusahalah dengan penuh ikhlas untuk melihat segala sesuatu
dari dua kubu secara obyektif. Sikap obyektif ini dapat menjembatani pada
solusi yang melegakan kedua belah pihak. Jagalah netralitas, jangan berpihak
kepada salah satu pendapat.
Sikap turut campur anda dalam, upaya
menengahi perbedaan pendapat tanpa didahului informasi yang cukup terhadap
latar belakang konflik, sama saja anda telah menjerumuskan diri ke dalam
keberpihakan kepada salah satu kubu, tanpa mendengarkan pendapat kubu lainnya.
4. Contoh tindakan dalam menghadapi
konflik
Apa yang Anda lakukan ketika Anda :
§ Anda berinteraksi dengan sekelompok orang yang bersengketa dlm bekerja
sama??
Caranya :
® Berusahalah untuk mengungkap
penyebab. Bisa jadi ini muncul karena pemahaman yang tidak akurat atau
perbedaan skill dan pengalaman yang
mereka miliki.
® Dianjurkan untuk secara
transparan dan terbuka berdialog dengan mereka, demi mencapai solusi yang diharapkan.
® Hindari sikap yang terkesan
menekan, ketika anda berhadapan dengan sekelompok demikian. Sebaliknya, anda
harus mengetahui kesulitan dan berusaha memecahkannya.
§ Anda berhadapan dengan individu yang asal beda dan menentang segala hal
yang sebenarnya disetujui mayoritas anggota?
® Cobalah merekomendasikan pola
pikirnya, agar ia bisa terbuka dan lebih bisa menerima kesepakatan yang
disetujui mayoritas.
® Biarkan pihak mayoritas untuk
mengajaknya berdialog dan menundukkannya, dari waktu ke waktu
® Pancinglah agar ia berani
terbuka dan berbicara, saat pemikirannya mendekati atau bersesuaian dengan
pendapat mayoritas saja.
® Kenalilah penyebab hakiki
yang menyebabkan dirinya kontra-produktif dengan pendapat yang ada.
§ Anda menghadapi debat antaranggota yang begitu sengit?
® Pegang kuatlah prinsip ; “
tidak penting mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah diantara anggota
yang ada, yang penting adalah mengetahui kebenaran itu sendiri.” Juga prinsip :
“fokus pada ide yang disampaikan, bukan pada siapa yang menyampaikan.”
® Lakukan upaya untuki
memotivasi setiap pihak agar mau mengungkapkan ide, pendapat dan pemikiran
mereka berkaitan dengan topik yang dilontarkan dalam dialog.
® Lakukan upaya untuk
memperjelas tujuan dan sasaran dari rapat atau kumpulan, juga limit waktu yang
dibutuhkan.
Cerita
Penutup
Al-ghazali dan Totalitas Perbedaan Pendapat
Imam Al-Ghazali meriwayatkan, ada
empat orang buta yang berdiri di samping gajah. “A” meraba anggota badan gajah
yang paling dekat dimana ia berdiri. Ia meraba belalainya. Kemudian
mengungkapkan pendapatnya tentang gajah. “gajah adalah yang mempunyai hidung
(belalai) panjang dan tinggi. “B” yang kebetulan meraba bagian telinganya.
Kemudian berkata,”bukan...gajah itu adalah lembaran kulit yang lebar”
Sementara ‘C” meraba bagian kaki
gajah. Ia berkata,”gajah itu seperti tiang, yang bulat dan tinggi.” Sedangkan
“D” yang merupakan orang buta yang terakhir meraba bagian badan gajah. Ia
berkata,”gajah bukan seperti yang kalian ungkapkan. Menurut saya, gajah adalah
dinding yang lebar dan keras’
Kesimpulan
:
Seandainya keempat orang tadi tidak fanatis dengan
pendapatnya masing-masing, tetapi mereka berempat berusahauntuk saling memahami
pendapat pihak lain. Rasa saling memahami tidak akan muncul kevuali kalau mereka
berempat mempunyai pandangan,”pendapat orang lain mempunyai sebagian unsur dari
dari pendapatnya, yang merupakan unsur dari hakikat gajah itu”. Jika mereka mau
meraba anggota badan gajah yang diraba oleh temannya, maka mereka akan
mengetahui gambaran gajah secara keseluruhan.
Referensi : Ahmad Abdul Jawwad.
Manajemen Konflik. Syaamil Cipta Media; Bandung