BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu
dalam hal ini adalah siswa mempunyai masalah yang berbeda-beda. Permasalahan
yang dihadapi siswa juga sangat bervariasi yaitu bisa bersifat pribadi, sosial,
belajar, atau karier. Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui
keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam serta membantu siswa untuk
mengatasi permasalahan dan hambatan dalam perkembangannya. Sebelum melakukan
proses konseling, sebaiknya konselor mengetahui kondisi dan keadaan siswa.
Konseling baru dapat diberikan dengan baik apabila data mengenai individu yang
akan di konseling sudah diperoleh. Ada banyak metode dan pendekatan yang dapat
digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus.
Studi kasus
merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. (Yin, 2008:18). Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan
metode-metode lain. Dengan metode studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan
tinjauan yang mendalam. Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk
membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian
studi kasus?
2. Bagaimanakah
studi kasus sebagai stategi penelitian dan perbedaan studi kasus dengan
penelitian lain?
3.
Bagaimanakah studi Kasus dalam bimbingan dan konseling,
tujuan dan cara-cara pelaksanaanya?
C. Tujuan
Dengan mempelajari studi kasus ini,
diharapkan kita sebagai calon konselor dapat mempelajarinya dan menambah ilmu
yang nantinya berguna untuk memahami klien siswa saat melaksanakan bimbingan
dan konseling di sekolah maupun di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Studi Kasus
Kasus
Kamus Psikologi menyebutkan dua pengertian tentang Studi kasus yaitu : Studi
kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan
dengan satu gejala psikologis tunggal. Studi kasus merupakan
informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu,
seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan
dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus.
Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau
seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami
kesulitan-kesulitannya yang sekarang serta menolongnya dalam usaha penyesuaian
diri (adjustment) (Kartono dan Gulo, 2000).
Berikut
ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan
Konseling, yaitu :
a. Studi
kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif.
Integratif artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat
komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi
individu secara lengkap (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
b. Studi
kasus adalah suatau metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian
mengenai perseorangan (riwayat hidup) (Bimo Walgito, 2004)
c. Studi
kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk
membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).
d. Studi
kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang
murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian
yang lebih baik. (WS. Winkel, 1995).
Sebenarnya
masih banyak lagi pengertian dari studi kasus namun dapat disimpulkan bahwa
studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan
berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri, karakteristik
berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun
kelompok.
B.
Studi Kasus
Sebagai Stategi Penelitian
Studi kasus, seperti yang dirumuskan
Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah metode yang mengacu pada
penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama
penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta
sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang
ditelitinya.
Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi
kedalam tiga tipe yakni studi kasus eksplanatoris, eksploratoris dan
deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada jenis dan tujuan dari pertanyaan
penelitian.
Lebih lanjut, K. Yin
Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan
karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata
seperti sirklus kehidupan nyata. Penjelasan ini menjadi landasan bahwa studi
kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif dimana adanya latar alamiah.
Studi kasus memiliki perbedaan dengan strategi penelitian lainnya seperti
metode historis ataupun eksperimen. Adapun perbedaannya dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Perbedaan Studi Kasus dengan Metode
Lainnya
Strategi
|
Bentuk pertanyaan penelitian
|
Membutuhkan kontrol terhadap peristiwa
|
Fokus terhadap peristiwa kontemporer
|
Eksperimen Survei
|
Bagaimana, mengapa
|
Ya
|
ya
|
Analisis Arsip (mis.dlm.std.ekon)
|
Siapa, apa, dimana, berapa banyak
|
Tidak
|
ya
|
Histori
|
Bagaimana, mengapa
|
Tidak
|
ya/tidak
|
Studi Kasus
|
Bagaimana, mengapa
|
Tidak
|
ya
|
Sumber: K.Yin (2008:8)
Desain Studi Kasus ada 2 :
1. Desain Kasus Tunggal : K. Yin mengatakan bahwa rasional untuk kasus
tunggal adalah bilamana desain studi kasus tunggal bisa dibenarkan dalam
kondisi-kondisi sebagai berikut :
- Kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting tentang teori yang penting
- Merupakan suatu peristiwa yang langka atau unik
- Bertujuan dengan tujuan penyingkapan
Desain kasus tunggal berdasarkan unit analisisnya
dibagi kedalam dua macam, diantaranya :
- Desain studi kasus tunggal holistik : yaitu jika hanya dalam satu kasus yang diteliti hanya menganalisis sebuah persoalan pokok dimana tidak bisa diindentifikasikan kedalam sub-sub lainnya.
- Desain studi kasus tunggal terjalin : menggunakan unit multi analisis
2. Desain Multikasus : Desain multikasus berdasarkan unit analisisnya dibagi
kedalam dua macam, diantaranya :
- Desain Multikasus Holistik : yaitu terdiri dari beberapa kasus namun hanya satu hal yang diteliti
- Desain Multikasus Terjalin : yaitu terdiri dari beberapa kasus dan beberapa unit analisis
C. Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling
a)
Ciri-ciri
Studi Kasus
Studi kasus memiliki ciri-ciri:
Ø Mengumpulkan
data yang lengkap. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan
analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam
identifikasi dan analisis masalah maka besar kemungkinan terjadi salah
penanganan (treatment) dan bahkan terjadi mal-praktik.
Ø Bersifat
rahasia. Sesuai dengan kode etik BK, asas kerahasiaan juga berlaku dalam studi
kasus. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan siswa. Dalam
hal ini konselor hendaknya hanya memberitahu pihak-pihak yang perlu mengetahui
keadaan siswa yang sebenarnya.
Ø Dilakukan
secara terus-menerus. Studi kasus merupakan proses memahami perkembangan siswa,
maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran
individu yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh
pada masalah yang dihadapinya.
Ø Pengumpulan
data dilakukan secara ilmiah. Studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan
secara rasional dan objektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara
ilmiah dengan mengacu kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran dan validitasnya.
Ø Data
yang diperoleh dari berbagai pihak. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus
haruslah relevan dengan permasalahan yang dialami siswa.
b)
Tujuan
Pelaksanaan Studi Kasus bagi Konselor
Konselor
melakukan studi kasus bertujuan untuk (1) dapat mengenal diri pribadi klien
yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan mendalam sehingga mampu
memberikan treatment secara tepat. (2) Konselor dapat memahami dan menetapkan
faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien.(3) Konselor dapat
menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien. (4) Konselor
dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. (5) Siswa
dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan
dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
c)
Data
yang Dikumpulkan Konselor dalam Studi Kasus
Studi
kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien
yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus
mencari data yang berkaitan dengan diri klien. Data yang dikumpulkan dalam
studi kasus antara lain :
ü Data
identitas (data pengenal)
ü Tanda-tanda
atau gejala yang nampak
ü Data
sekitar klien antara lain latar belakang keluarga, latar belakang jasmani dan
kesehatan, data mengenai segi pendidikannya, social behavior dan minatnya, dan
tes data.
ü Langkah-langkah
yang akan diambil dalam pemberian konseling.
d) Cara Pelaksanaan Studi Kasus
Pelaksanaan
studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah
yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:
1. Instrumen
atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode yang
dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah
siswa, yaitu : kartu pribadi, angket, wawancara, kunjungan rumah(Home Visit), buku
rapor, testing, rating scale, autoboigrafi, sosiometri, studi dokumentasi dan daftar
cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan
prioritas teknik yang dapat dipakai secara efektif dan efisien.
2. Data
yang dikumpulkan dalam studi kasus diantaranya : Identitas diri, Latar belakang
keluarga, Lingkungan hidup (sosial ekonomi), Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, Riwayat kesehatan, Testing dalam berbagai bidang, Riwayat
pendidikan sekolah, Kesusilaan dari pihak keyakinan hidup, Riwayat pelanggaran
hidup, Pergaulan dengan teman-teman.
Pelaksanaan Studi Kasus
a.
Perencanaan : dalam perencanaan terdapat langkah-langkah
sebagai berikut, yaitu: Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu
gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu
guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah, guru
mata pelajaran memberikan informasi, adanya siswa yang bermasalah kepada guru
pembimbing, wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang
siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain,
seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
b.
Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu
dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya
secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
c.
Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih
lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam
deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah
pribadi, sosial, belajar atau karir.
d.
Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu
dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih
rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.
e.
Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat
membantu guru pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab
masalah.
f.
Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu
mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu
dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.
g.
Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik
dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering digunakan dalam studi kasus
adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data terkumpul
konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian
yang dapat dikelola.
h.
Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan
pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan,
dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan
demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini
bersifat ringkas dan padat.
i.
Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah
data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan case conference
antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat
beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang
bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan
kesimpulan yang logis.
j.
Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan
(treatment) Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau
bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi
kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang
dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang
berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan
selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau
perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
k.
Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan
ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan
pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK,
ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten
maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Studi kasus, seperti yang dirumuskan
Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah metode yang mengacu pada
penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama
penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta
sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang
ditelitinya.
Konselor
melakukan studi kasus bertujuan untuk (1) dapat mengenal diri pribadi klien
yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan mendalam sehingga mampu
memberikan treatment secara tepat. (2) Konselor dapat memahami dan menetapkan
faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien.(3) Konselor dapat
menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien. (4) Konselor
dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. (5) Siswa
dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan
dan kebahagiaan bagi siswa tersebut. Studi kasus merupakan teknik yang
digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus.
Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan
diri klien
DAFTAR PUSTAKA
Yin, Robert K. 2008. Studi
Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Pers.
Prayitno,
dan ErmanAmti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
Agung
Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling”
terimakasih... :)
BalasHapusMaaciw
BalasHapus